Soloraya
Kamis, 25 April 2024 - 18:30 WIB

Panen MT I, Petani Karanganyar Ngenes Harga Gabah Anjlok

Redaksi Solopos.com  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani menggiling gabah hasil panen padi di wilayah Jaten, Kabupaten Karanganyar pada Kamis (25/4/2024). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Petani di Kabupaten Karanganyar mulai panen raya untuk masa tanam (MT) I. Namun, panenan kali ini belum memberikan berkah bagi para petani. Selain harga jual gabah anjlok, hasil panen juga tak maksimal.

Kepala Desa (Kades) Jati, Kecamatan Jaten, Karanganyar, Haryanta, mengatakan petani hanya mampu memanen 60 persen saja dari total padi yang ditanam. Serangan hama wereng, sundep hingga tikus menjadi penyebab hasil panen padi di MT I tak maksimal.

Advertisement

“Tanaman padi di serang hama dari saat mulai tanam sampai mau mendekati panen,” kata dia, Kamis (25/4/2024).

Haryanta yang juga mengolah sawah miliknya mengaku membutuhkan ongkos tinggi untuk memberantas hama wereng dan sundep. Petani di Karanganyar masih menggunakan alat penyemprotan dan tenaga manual. Berbeda dengan petani di daerah lain seperti Sragen, Sukoharjo, dan lainnya yang sudah memakai drone penyemprotan benih dan pupuk. Kondisi berpengaruh pada besarnya biaya yang dikeluarkan petani Karanganyar, bisa dua kali lipat daripada petani di daerah lain.

“Dengan alat drone ini paling hanya butuh waktu setengah jam. Beda sama yang kita gunakan, bisa berjam-jam, bisa berhari-hari plus bayar ongkos tenaga,” katanya.

Advertisement

Dia berharap Pemkab Karanganyar peduli dengan persoalan petani tersebut. Minimal petani diberi bantuan alat drone  seperti wilayah lain. Tak hanya persoalan serangan hama, petani juga masih sulit untuk memperoleh keuntungan saat panen raya musim tanam I. Hasil panen yang diperoleh hanya mampu menutup biaya operasional.

Pasalnya, harga gabah saat ini berada di bawah harga pembelian pemerintah (HPP). Sebelumnya, harga gabah ditingkat petani mencapai harga Rp800.000 untuk kuintal. Saat ini hanya Rp600.000 per kuintal.

“Harga anjlok, panen tidak laku. Petani terpaksa menjual kepada tengkulak. Iki wes ra ana pilihan dadi dibeli murah tengkulak,” katanya.

Advertisement

Haryanta berharap agar pemerintah melalui Bulog dapat menyerap hasil panen petani sesuai dengan harga pokok penjualan atau HPP.

Petani asal Jaten, Tarno, juga mengungkapkan hasil panen kali ini kurang memuaskan. Biaya operasional yang dikeluarkan petani dengan hasil panen tak sesuai. “Petani ngenes. Kemarin pupuk subsidi sulit, terus kena hama wereng jadi hasilnya tidak optimal,” katanya.

Dia sangat berharap ada solusi nyata dari pemerintah mengenai masalah pertanian. Persoalan lainnya adalah minimnya regenerasi petani yang dikhawatirkan akan berdampak pada keberlangsungan Kabupaten Karanganyar sebagai daerah lumbung pangan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif