Soloraya
Kamis, 12 September 2019 - 11:15 WIB

AMSI Jateng Gelar Pelatihan Mengenali Hoaks Dan Cara Cek Fakta di Solo

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Tengah (Jateng) menggelar pelatihan cek fakta di Monumen Pers, Solo, Kamis (12/9/2019). Acara tersebut diikuti puluhan jurnalis dari berbagai media siber serta kalangan mahasiswa di Solo dan sekitarnya.

Dalam sambutannya, Kepala Monumen Pers Nasional, Widodo Hastjaryo, mengutarakan keprihatinannya terkait persebaran hoaks di Indonesia. Menurutnya, saat ini dunia pemberitaan di Indonesia teramat memprihatinkan karena hoaks yang merajalela.

Advertisement

“Kita baru saja kehilangan salah satu putra terbaik bangsa dengan meninggalnya BJ Habibie. Beliau baru meninggal kemarin. Tapi, berita soal kematian beliau sudah ada sejak beberapa hari lalu,” terang Widodo Hastjaryo.

Kepala Monumen Pers Nasional, Widodo Hastjaryo. (Solopos.com/Chelin Indra Sushmita)

Advertisement

Kepala Monumen Pers Nasional, Widodo Hastjaryo. (Solopos.com/Chelin Indra Sushmita)

Dia menambahkan pelatihan cek fakta yang digelar AMSI Jateng kali ini dapat mencerahkan jurnalis dan mengurangi persebaran hoaks.

Sementara Ketua AMSI Jateng, Suwarmin, mengatakan pelatihan cek fakta sangat penting dilakukan di era Internet of Things. Dia berharap pelatihan ini bisa membantu masyarakat mengonsumsi berita.

Advertisement

Persebaran hoaks di era banjir informasi memang tak terelakkan. Itulah sebabnya, Dirjen Informasi dan Kebijakan Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Widoodo Muktiyo, menilai pelatihan cek fakta sangat penting.

(Dari kiri ke kanan) Kepala Monumen Pers Nasional, Widodo Hastjaryo, bersama Dirjen IKP Kominfo, Widod Muktiyo, dan Ketua AMSI Jateng, Suwarmin. (Solopos.com/Chelin Indra Sushmita)

Widodo Muktiyo mengatakan, media konvensional dan media sosial punya ciri khas yang sama, yaitu membanjiri masyarakat dengan informasi. Namun, hal itu secara tidak langsung mengubah cara masyarkat mengonsumsi informasi.

Advertisement

“Kita ini mungkin masuk dalam era penjajahan informasi. Kebenaran, fakta, dan bukti, menjadi samar dan seolah tidak penting. Tapi, jurnalis tetap harus melakukan verifikasi pada informasi yang disampaikan,” tegas Widodo Muktiyo.

Widodo Muktiyo yakin profesi jurnalis online akan tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi. Namun, hal itu bakal menjadi tantangan tersendiri bagi jurnalis yang mengabdi di media online.

“Saya yakin profesi jurnalis online akan terus tumbuh. Namun, tantangannya bakal semakin berat. Karena informasi yang beredar di masyarakat semakin banyak,” imbuh Widodo Muktiyo.

Advertisement

Pelatihan cek fakta ini dipandu oleh dua mentor bersertifikat Google, Syifaul Arifin dan Rini Yustiningsih. Keduanya mengawali pemaparan dengan mengajak peserta berdiskusi soal hoaks.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif