SOLOPOS.COM - Sejumlah pendaki membuka tenda di bawah kaki Gunung Merapi yakni Pasar Bubrah yang di capai dari jalur Baru Selo, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (27/5/2012). (JIBI/Solopos/Antara/Teresia May).

Solopos.com, BOYOLALI—Jumlah pencinta alam yang melakukan pendakian ke puncak Gunung Merapi melalui pintu pendakian di Dukuh Plalangan Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, pada malam 1 Muharam atau 1 Sura, Jumat (24/10/2014) malam mencapai seribuan orang.

Hal tersebut disampaikan Kapolsek Selo, AKP Tadio, saat dihubungi Solopos.com, Senin (27/10/2014) sore.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Yadio mengatakan sebagian besar pendaki tertarik untuk menyaksikan serta mengikuti prosesi upacara Sedekah Gunung yang dimulai di Balai Desa Lencoh, Selo.

Jumlah pendaki terhitun pada Jumat (24/10), diprediksi membludak hingga mencapai sebanyak 1.100 orang.

“Jumlah pendaki meningkat sejak Kamis [23/10]. Ya, diprediksi jumlah pendaki terhitung sejak Kamis lalu sampai Minggu [26/10] mencapai lebih dari 1.500 orang. Kami tahu karena mereka [pendaki] juga melapor ke Mapolsek Selo sebelum naik [Gununh Merapi]. Jumlah itu mungkin masih bisa ditambah dengan pendaki yang tidak melapor,” kata Yadio.

Volume Sampah

Yadio mengatakan para pencinta alam melakukan pendakian ke puncak Gunung Merapi selain ingin menikmati pemandangan alam pegunungan, mereka juga melihat langsung prosesi upacara tradisi Sedekah Gunung dengan melabuhkan kepala kerbau di Pasar Bubrah atau jaraknya sekitar empat kilometer (km) dari bace camp Plalalangan.

“Normatif saja, pendaki melihat moment. Maksudnya, pada saat yang sama pada Jumat dini hari ada Sedekah Gunung. Jadi mereka ingin menyaksikan salah satu kegiatan tradisi tahunan di Boyolali tersebut,” ujar Yadio.

Yadio menambahkan jumlah pendaki pada Sabtu (25/10) juga tidak kalah banyak. Bahkan jumlah pendaki pada hari itu, hingga malam hari, hampir sama seperti pada Jumat.
Pendaki berbondong-bondong naik Gunung Merapi pada Sabtu untuk menyaksiakan prosesi mempertemukan antara air Gunung Merbabu dan air Gunung Merapi.

“Ada tradisi lain selain Sedekah Gunung yakni pertukaran air Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di kawasan Gunung Merapi yang menjadi perhatian masyarakat luas. Saya rasa karena malam Minggu juga, akhir pekan, jadi jumlah pendaki semakin banyak. Hari biasa saja hanya sekitar 100 orang,” imbuh Yadio.

Guna mengontrol jumlah pendaki yang membludak, lanjut Yadio, pihaknya mengerahkan lebih dari 19 personel kepolisian Polsek Selo.

Selain itu, mereka juga bekerjasama dengan Balai Taman Nasoional Gunung Merapi (BTNGM) Resort Selo, Koramil Selo, dan masyarakat sekitar untuk memastikan keselamatan para pendaki dan kondisi alam kawasan Gunung Merapi.

Sementara itu, dihubungi terpisah, Polisi Hutan (Polhut) BTNGM Resort Selo, Vedo Anjasmara, mengatakan salah satu hal yang dikhawatirkan pihaknya saat jumlah pendaki membludak di Gunung Merapi adalah masalah sampah.

Volume sampah di kawasaan Gunung Merapi dipastikan naik sejalan dengan jumlah pendaki yang meningkat. “Ya seperti saat peringatan HUT ke-69 Republik Indornasia lalu, kami membutuhkan sekitar lebih dari 50 kantong plastik untuk mengangkut sampah. Jumlah tersebut berbeda dengan hari biasa yang hanya rata-rata membutuhkan lima kantong plastik. Saya rasa kali ini juga sama. Sambah membludak dan kami akan mengajak masyarakat untuk mengatasinya,” kata Vedo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya