SOLOPOS.COM - Sebanyak 10 siswa SDN 58 Mojo, Sragen, berfoto bersama para pejabat Disdikbud Sragen, guru pendamping, dan seniman dalam gelar karya GSMS 2023 di Gedung Kartini Sragen, Kamis (27/7/2023). (Istimewa/Sanggar Corat Coret Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 56 karya seni rupa dari 10 siswa SDN 58 Mojo, Sragen dipamerkan di Gedung Kartini Sragen, Rabu-Kamis (26-27/7/2023).

Puluhan karya seni yang dipamerkan dengan tema Kala Jemari Mungil Melukis Dunia itu merupakan hasil dari program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) 2023 yang diinisiasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sebanyak 10 siswa itu terdiri atas Annabele Asyifa Rohdya, Annisa Ardhita Wardani, Aqila Az-Zahra Darmawan, Aurelia Dira Cantika, Adinda Suci Ramadhani, Dai Asha Dewi, Envika Rustranti, Michaella Allyna Sukma, Nathamia Alesa Permono, dan Rafael Lourdesius Arya. Dalam proses menghasilan karya, anak-anak itu didampingi seorang seniman dari Sanggar Corat-Coret Sragen, Arum Ardianti.

Arum Ardianti kepada Solopos.com, Jumat (28/7/2023), mengungkapkan 10 siswa itu belajar seni rupa dengan menggunakan krayon. Dia menerangkan mereka belajar seni rupa dengan lima teknik, yakni teknik gradasi, teknik usap, menggambar, menggunting, dan menempel, menggambar di kertas hitam, dan membuat desain batik.

“GSMS ini sebenarnya acaranya pusat yang diadakan di setiap daerah lewat Disdikbud. Jadi Disdikbud menunjuk satu sekolah untuk GSMS. Dari sekolah itu diambil 10 anak untuk mengikuti pelatihan selama 13 kali pertemuan. Pada pertemuan ke-14, hasil karya mereka dipamerkan selama dua hari,” jelas Arum yang juga Ketua Sanggar Corat Coret Sragen.

Arum kebetulan ditunjuk Disdikbud sebagai seniman untuk melatih anak-anak tersebut. Dia menerangkan 56 karya anak itu sebenarnya lebih mengeksplorasi teknik penggunaan krayon dan kertas. Banyak pengunjung yang hadir dalam pameran yang digelar selama dua hari itu, yakni Rabu-Kamis (26-27/7/2023).

Kabid Kebudayaan Disdikbud Sragen, Johny Adhi Aryawan, menjelaskan sekolah sebagai institusi formal sudah menjalankan fungsinya untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak secara seimbang. Dia mengatakan keseimbangan itu perlu ditambah aspek sosial dan emosional yang menjadi hak peserta didik yang memiliki kecerdasan, minat, bakat, yang berbeda-beda.

Guna mengembangkan kecerdasan secara konprehensif itu, Johny mengatakan salah satu strateginya dengan menggandeng GSMS yang diharapkan dapat menginspirasi, memenuhi pendidikan seutuhnya, sehingga tercipta iklim belajar yang menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan, dan menguatkan.

“Output dari GSMS ini berupa pameran karya seni dari anak-anak SDN 58 Mojo yang ditunjuk Disdikbud Sragen sebagai sekolah sasaran program. Di sekolah itu diambil 10 anak untuk dilatih minat dan bakatnya terkait seni lukis. Pameran itu juga didukung dengan siswa lain yang memiliki minat dan bakat di seni tari, dalang, vokal, dan pantomim,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya