SOLOPOS.COM - Para ojek pangkalan yang biasa beroperasi di sekitar Masjid Syeikh Zayed Gilingan, Banjarsari, Solo, beraudiensi dengan legislator Fraksi PDIP DPRD Solo, Kamis (13/7/2023). (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO—Sekitar 100 tukang ojek pangkalan di sekitar Masjid Syeikh Zayed Gilingan, Banjarsari, mendatangi Kantor DPRD Solo, Kamis (13/7/2023) siang.

Kedatangan mereka untuk beraudiensi atau menyampaikan keluh kesah terkait telah beroperasinya shuttle bus yang khusus melayani para pengunjung maupun jemaah Masjid Syeikh Zayed Gilingan, beberapa hari terakhir.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pendapatan para ojek itu turun signifikan sejak shuttle bus dioperasikan. Pantauan solopos.com, kedatangan rombongan para ojek itu diterima Ketua Fraksi PDIP DPRD Solo, YF Sukasno, dan anggota Fraksi PDIP DPRD Solo, Roy Saputro.

Ketua Paguyuban Ojek Pangkalan Sekitar Masjid Syeikh Zayed Solo, Lanyono, 60, saat diwaancara wartawan menyatakan pihaknya tidak menolak adanya shuttle bus. Tapi dia mengusulkan adanya pengaturan jam operasi shuttle bus.

“Sebagai warga negara yang baik kami mendukung program pemerintah dengan adanya shuttle bus ini. Tapi tolong nasib kami sebagai wong cilik juga diperhatikan. Kami usul jam operasi shuttle bus sampai pukul 16.00 WIB,” tutur dia.

Bila memang usulan itu tidak bisa direalisasikan, menurut Lanyono, pihaknya menyerahkan sepenuhnya solusi kepada Dishub Solo. Yang terpenting para ojek pangkalan tetap bisa mendapatkan penghasilan layak.

Sebab jumlah ojek pangkalan yang tergabung di paguyuban dia cukup banyak, mencapai sekitar 380 orang. Mereka tersebar di empat pangkalan besar. Sejak shuttle bus beroperasi, pendapatan para ojek itu turun hingga 80 persen.

“Jadi teman-teman ini merasa resah. Bila sebelumnya pendapatan harian bisa mencapai Rp60.000 hingga Rp70.000. Sejak shuttle bus dioperasikan, pendapatan kami paling hanya Rp10.000 sampai Rp15.000 per harinya,” ungkap dia.

Pendapatan harian segitu, menurut Lanyono, tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga setiap harinya. “Teman-teman bekerja mulai pukul 10.00 WIB sampai 22.00 WIB. Hasilnya cuma bisa buat beli es teh,” aku dia.

Lanyono mengatakan pihaknya sudah menemui pejabat Dishub Solo untuk meminta solusi atau jalan keluar terbaik. Namun nyatanya belum ada solusi yang bisa diambil. Karena kondisi itu para ojek pangkalan datang ke DPRD Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya