SOLOPOS.COM - Suasana SD Djama'atul Ichwan Solo, Kamis (10/2/2022). (Solopos/Afifa Enggar W)

Solopos.com, SOLO — Seratus tahun menjadi lembaga pendidik bukan lah perjalanan yang singkat bagi SD Djama’atul Ichwan Solo. Butuh komitmen berinovasi agar bisa bertahan menghadapi berbagai tantangan yang muncul selama satu abad.

Bermula dari perkumpulan persaudaraan masyarakat di kawasan Laweyan, Djama’atul Ichwan, berdiri. Djama’atul Ichwan kemudian melahirkan berbagai lembaga pendidikan, salah satunya SD Djama’atul Ichwan atau yang dikenal dengan singkatan SD DJI.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Akivitas pembelajaran SD DJI dimulai sejak 1922. Saat itu belum menjadi lembaga pendidikan atau sekolah. Para saudagar batik di kawasan Laweyan kala itu membutuhkan tempat untuk penitipan dan pendidikan anak sementara mereka menjalankan bisnis.

Baca Juga: Wow! Ada Kentungan dan Kaligrafi Buatan 1930-an di SD DJI Solo

Menurut penuturan Kepala Sekolah SD Djama’atul Ichwan Solo, Ghufron Ghazali, hal tersebut menjadi titik mulai perjalanan SD DJI. “SD DJI dimulai 1922. Awalnya, sebenarnya dimulai dari Djama’atul Ichwan [kumpulan para sedulur],” tutur Ghufron saat ditemui Solopos.com, Kamis (10/2/2022).

Mungkin karena berdiri di Laweyan, Ghufron mengungkapkan para saudagar batik butuh tempat penitipan sekaligus pendidikan anak. Akhirnya terbentuk lah Pamulangan Rakyat yang kemudian kemudian menjadi SD Djama’atul Ichwan

SD DJI lebih dulu mempunyai aktivitas pembelajaran bagi peserta didiknya. Baru kemudian pada 1960 menjadi lembaga pendidikan formal.

Baca Juga: Lowongan SD Djama’atul Ichwan Surakarta

Kombinasi Kurikulum

Hal tersebut berbeda dengan perkembangan lembaga pendidikan zaman sekarang. Saat ini lembaga pendidikan harus lebih dulu berdiri, lalu diikuti bergabungnya peserta didik.

Menggenggam pesan-pesan para pendahulu menjadi salah satu komitmen SD Djama’atul Ichwan Solo. Dengan kombinasi kurikulum pendidikan nasional dan takhassus (kurikulum pendidikan Islam), SD DJI berkomitmen menciptakan generasi yang mampu memahami dan menguasai keilmuan umum dan keagamaan.

Baca Juga: Revolusi Digital Epson Indonesia Mampu Tingkatkan Penjualan Produk

Para siswa mendapatkan pembelajaran khusus berupa fikih, akidah, akhlak, sejarah Kebudayaan Islam (SKI), nahwu, dan sharaf. Setelah perjalanan berusia seabad, SD DJI akan terus dihadapkan oleh beragam tantangan.

Salah satunya, bagaimana menciptakan pembelajaran yang inovatif di tengah terjangan pandemi. “Tantangan sekaligus komitmen kami adalah bagaimana menyelenggarakan pembelajaran yang inovatif. Kami upayakan anak-anak jangan sampai merasa bosan dalam belajar,” jelas Ghufron.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya