SOLOPOS.COM - Seribuan ekor sapi memadati Pasar Hewan Nglangon Sragen pada pasaran Pahing, Selasa (20/6/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sudah 11 tahun Kabupaten Sragen dinyatakan bebas dari penyakit antraks. Kasus antraks terakhir yang terjadi di Bumi Sukowati adalah di 2011 silam.

Meski begitu, peternak diimbau tetap waspada dengan menjaga kesehatan hewan ternak mereka agar terbebas dari penyakit apapun termasuk antraks. Selama tidak ada kasus, tidak ada pengecekan lalu lintas hewan ternak di perbatasan. Meski demikian,  hewan yang masuk ke Sragen tetap harus ada surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sebagai info, kasus antraks kembali muncul tepatnya di Kabupaten Gunungkidul, DIY. Ada satu orang meninggal dunia dan 87 lainnya terserang penyakit antraks setelah mengonsumsi daging sapi di Padukuhan Jati, Kelurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Gundungkidul. Sejauh ini Pemkab Gunungkidul belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit antraks.

Kabid Peternakan dan Kesehatan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen, Toto Sukarno, Kamis (6/7/2023), menerangkan pencegahan antraks dilakukan dengan pengobatan dan menjaga serta meningkatan kesehatan ternak. Sejauh ini belum ada laporan kasus antraks di Sragen.

Pengecekan Hewan Ternak

Terkait pengecekan lalu lintas hewan ternak, Toto menyebut itu menjadi kewenangan Pemprov Jateng. Pemeriksaan biasanya dilakukan di kawasan perbatasan antaprovinsi. Meskipun ada pengecekan hewan di perbatasan Jateng-Jatim, kata dia, banyak sapi-sapi yang masuk Jateng lewat jalur tol sehingga tak terperiksa.

“Kalau dibuat rest area khusus ternak tidak memungkinkan, kecuali ada kebijakan khusus sapi yang masuk tol Sragen harus lolos pemeriksaan rest area ternak Sragen. Selama ini yang muncul ada kasus antraks di Gunungkidul, tetapi juga tidak ada pengamatan di jalur perbatasan antardaerah, seperti Gunung Kidul-Prambanan dan Klaten-Sragen. Kalau pun ada, sopirnya sapi memilih jalan tikus,” katanya.

Dia mengungkapkan selama ini lalu lintas hewan tidak terpantau kecuali saat ada penyakit mulut dan kaki (PMK) lalu. Pihaknya tidak bisa menyetop lalu lintas ternak masuk ke Sragen karena tidak ada dasar yang kuat. Sejauh tidak ada kasus antraks di Sragen, penyekatan atau pemantauan lalu lintas ternak tidak dilakukan.

“Terakhir ada kasus antraks itu tahun 2011 atau sekitar 11 tahun lalu. Setelah itu, Sragen bebas dari antraks. Kami juga mengambil sampel di daerah-daerah yang dulu pernah muncul kasus antraks dan diuji laboratorium. Hasilnya negatif semua,” jelasnya.

Lebih lanjut Toto mengungkapkan Sragen kini menjadi lumbung sapi. Sejumlah bakul dari Gunungkidul dan daerah lain sering kulakan ke Sragen. Sapi di Sragen sendiri biasanya diambil dari Jawa Timur.

Kepala DKP3 Sragen, Eka Rini Mumpuni Titi Lestari, menambahkan pihaknya selalu mengawasi secara berkala kesehatan hewan ternak di Sragen. Monitoring itu dilakukan petugas lapangan dan dokter hewan. Sejauh ini tidak ditemukan penyakit ternak macam PMK, LSD, maupun antraks di Sragen.

“Kamis terus sosialisasi supaya kalau ada hewan sakit segera dilaporkan. Pengamatan hewan dilakukan di pasar hewan, yakni Pasar Hewan Nglangon dan Pasar Hewan Sumberlawang setiap pasaran Pahing dan Pon. Kalau hewan sakit tidak boleh masuk pasar untuk mencegah penularan. Selama ini mobilisasi hewan masih normal. Sapi-sapi yang masuk Sragen dari luar daerah harus ada SKKH,” katanya.

Dia menerangkan ciri-ciri penyakit sapi yang terkena antraks biasanya demam, lendir berlebihan, dan ada pendarahan. Dia mengatakan antraks itu disebabkan oleh bakteri dan merupakan penyakit zoonosis.

“Dulu saat Sragen ada kasus antraks langsung gerak cepat, hewan langsung dibakar. Kebersihan kandang dan kesehatan makanan ternak diperhatikan. Sekarang kalau ada sapi demam diobati dan diberi vitamin,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya