SOLOPOS.COM - Ilustrasi SD kekurangan siswa. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen merespons kritikan anggota Komisi IV DPRD soal adanya 110 SD negeri kekurangan siswa baru. Disdikbud menyatakan sudah membuat inovasi berupa model pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu ada kegiatan-kegiatan proyek belajar.

Hal tersebut disampaikan Kepala Disdikbud Sragen, Prihantomo, Jumat (21/7/2023). Ia memastikan 110 SDN yang siswa barunya kurang dari 10 itu akan tetap dikelola secara optimal untuk mengejar kualitas pendidikan. Dia menerangkan inovasi itu harus berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran. Salah satunya berupa model pembelajaran yang menyenangkan dan kegiatan belajar siswa yang bersifat proyek.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dia juga menjelaskan guru agama masih ada di setiap SD negeri seperti halnya SD swasta. Prihantomo menilai banyak SD negeri yang kekurangan siswa dikarenakan jumlah potensi anak usia SD yang berkurang.

“Di setiap desa itu ada SD negeri 2-3 lokasi dan jaraknya berdekatan. Kalau penduduknya padat masih bisa terpenuhi. tetapi kalau penduduknya jarang, apalagi jumlah lulusan taman kanak-kanak (TK) sedikit maka potensi siswa baru SD kecil,” ujarnya kepada Solopos.com.

Atas dasar data itu, Prihantomo menyatakan Disdikbud tidak murni berorientasi pada jumlah siswa. Berapa pun jumlah siswanya, sekolah tetap harus dikelola sebaik-baiknya karena lebih mementingkan kualitas siswa.

Dia mencontohkan Finlandia yang memiliki kualitas pendidikan nomor satu, jumlah siswa SD di sana hanya 11-12 orang. “Jadi orientasinya tidak lagi jumlah siswa yang banyak, karena semakin hari jumlah siswanya semakin sedikit. Orientasi itu harus berubah, berapa pun jumlah siswanya tetap dimaksimalkan pelayanannya,” jelasnya.

Jika jumlah siswa di satu sekolah benar-benar sedikit maka baru bisa diambil kebijakan penggabungan atau regrouping. Fenomena sekolah kekurangan murid, menurut Prihantomo tidak hanya terjadi di sekolah negeri tetapi juga di swasta.

Saat ini juga ada kecenderungan jumlah siswa baru di SD swasta mulai stagnan. Dulu sampai menolak siswa baru.

Kejar Kualitas Ketimbang Jumlah Siswa

Dalam tiga tahun ke depan, Disdikbud berupaya mengejar peningkatan kualitas sekolah tanpa melulu mengejar banyak siswa. “Sekarang kami kembangkan SD unggulan, satu kecamatan satu SD negeri. Kemudian ada sekolah penggerak. Nanti dengan adanya desiminasi, harapannya ada muncul ide sekolah baru sehingga programnya berbeda-beda tetapi arahnya sama untuk kemajuan,” ujarnya.

Sementara itu, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati akan meminta data terkait  perkembangan SD negeri di Sragen. Dari data tersebut bisa diambil kebijakan yang tepat. Ia mengatakan saat ini sudah ada kebijakan SD unggulan di 20 kecamatan. Salah satu tujuannya untuk meningkatkan daya saing SD negeri dengan SD swasta.

“Tahun ini melengkapi fasilitas sekolah unggulan. Dengan model sekolah unggulan otomatis jumlah siswanya bertambah. Untuk SD yang kurang siswanya, kami akan melihat aturan jumlah siswa di setiap rombongan belajar yang dimiliki SD swasta. Kami akan cek dulu sudah sesuai aturan atau seenaknya saja menambah siswa,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya