Soloraya
Rabu, 18 Januari 2023 - 13:33 WIB

12 Kasus LSD Ditemukan di Sukoharjo, DPP Tunggu Bantuan Vaksin

Magdalena Naviriana Putri  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kulit sapi yang terserang LSD. (bbvetwates.ditjenpkh.pertanian.go.id).

Solopos.com, SUKOHARJO — Penyakit lumpy skin disease (LSD) atau penyakit kulit bentol pada sapi ditemukan di Kabupaten Sukoharjo. Jumlah kasus per Selasa (17/1/2023) tercatat sebanyak 12 ekor sapi.

Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Dinas Pertanian dan Perikanan (DPP) Sukoharjo, Arif Rahmanto, mengatakan 12 kasus tersebut ditemukan di tujuh kecamatan. Yakni di Polokarto, Sukoharjo, Bendosari, Mojolaban, Tawangsari, Baki, dan Gatak. Tiga ekor sapi di antaranya telah dipotong demi mengurangi risiko penularan.

Advertisement

“Pekan lalu hanya lima ekor temuan kasus LSD, per Selasa bertambah tujuh ekor,” terang Arif kepada Solopos.com, Rabu (18/1/2023). Ia mengungkapkan saat ini sembilan sapi terjangkit LSD dalam proses pengobatan.

Sementara itu, Kepala DPP Kabupaten Sukoharjo, Bagas Windaryanto, mengatakan pihaknya langsung mengedukasi pemilik agar penyakit tidak menyebar ke sapi-sapi yang lain. Dia juga meminta sapi yang terjangkit LSD dipotong lalu kulitnya ditanam. Hal itu untuk menghilangkan penyebab penularan.

Advertisement

Sementara itu, Kepala DPP Kabupaten Sukoharjo, Bagas Windaryanto, mengatakan pihaknya langsung mengedukasi pemilik agar penyakit tidak menyebar ke sapi-sapi yang lain. Dia juga meminta sapi yang terjangkit LSD dipotong lalu kulitnya ditanam. Hal itu untuk menghilangkan penyebab penularan.

Pihaknya melalui penyuluh lapangan dan para medis juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang ciri-ciri sapi yang terjangkit penyakit LSD dan gejalanya.

“Kami juga mengawasi lalu lintas ternak di pasar hewan. Setiap lima hari sekali kami lakukan pemantauan lebih ketat, kemudian kami melakukan peneguhan kasus penyakit dengan balai besar penyakit hewan di Yogyakarta,” ungkap Bagas.

Advertisement

“Kami mengajukan 1.000 dosis vaksin LSD, namun kami melihat ketersediaan di provinsi. Paling tidak kami siapkan untuk awal pengajuan,” urai Bagas.

Seperti diketahui LSD adalah penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh virus LSD. Penularan LSD secara langsung dapat terjadi melalui kontak dengan kulit penderita. Namun virus LSD juga dapat menyebar melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu.

Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik. Penularan secara mekanis terjadi melalui vektor atau artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit. Di antaranya nyamuk, lalat, dan caplak.

Advertisement

Sementara tanda-tanda klinis LSD berupa bentol-bentol pada kulit sapi berukuran 1-7 cm yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor dan ambing. Pada kasus berat, nodul atau bentolan tersebut dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh.

“Bagi peternak yang menemukan kasus serupa diharapkan segera melapor ke penyuluh pertanian lapangan [PPL] kecamatan atau menghubungi dokter hewan segera,” tegas Arif.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif