SOLOPOS.COM - Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Sebanyak 12 SMP negeri di Boyolali masih kekurangan murid baru pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2023. Mayoritas sekolah yang tidak terpenuhi kuota daya tampungnya tersebut berada di daerah pinggiran.

Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Mulyono, menyampaikan telah mengevaluasi pelaksanaan PPDB SMP di Boyolali baik untuk jalur zonasi, afirmasi, prestasi, maupun mutasi. Secara keseluruhan PPDB berjalan lancar.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Akan tetapi, ia mengakui ada 12 sekolah yang kuota daya tampungnya tidak terpenuhi. Mulyono menyampaikan mayoritas sekolah yang tidak terpenuhi kuotanya tersebut berada di pinggiran.

“Ada SMPN 2 Selo, SMPN 4 Mojosongo, SMPN 3 Teras, SMPN 3 Simo, SMPN 2 Sambi, SMPN 2 Klego, SMPN 2 Karanggede, SMPN 3 Juwangi, SMPN 2 Sawit, SMPN 2 Nogosari, SMPN 2 Cepogo, dan SMPN 3 Cepogo,” jelas dia kepada Solopos.com, Rabu (2/8/2023).

Ia mengatakan jumlah kelas atau rombongan belajar yang dibuka di masing-masing SMP yang kekurangan murid di Boyolali itu berbeda-beda. Misalnya, SMPN 2 Selo awalnya membuka tiga kelas atau rombongan belajar. Masing-masing rombel dengan daya tampung 32 siswa.

Namun, SMPN 2 Selo hanya mendapatkan sekitar 50 siswa baru yang berarti hanya dua rombel dan itu pun tidak penuh. Mulyono menyampaikan 12 sekolah tersebut dari tahun ke tahun memang selalu kekurangan siswa.

Penyebab kuota tidak terpenuhi, selain lokasinya di wilayah pinggiran, juga karena SD penyangga di wilayah sekitar 12 SMPN tersebut sedikit.

“Terus juga masih adanya anggapan sekolah unggulan dan bukan unggulan. Walaupun pemerintah kan mengharapkan sekarang sudah tidak ada lagi sekolah unggulan, tapi orang tua tetap memilih sekolah unggulan,” ujar dia.

Anggapan Sekolah Unggulan dan Nonunggulan

Mulyono mencontohkan orang tua di sekitar SMPN 2 Sambi, salah satu SMP yang kekurangan murid di Boyolali, biasanya akan mencoba dulu ke SMPN 1 Simo karena sekolah tersebut dianggap favorit di daerah tersebut.

Ia mengakui untuk mengubah cara pandang masyarakat terkait sekolah unggulan dan bukan unggulan tidak bisa secara instan. Menurutnya, membutuhkan waktu lama untuk menyadarkan masyarakat bahwa semua sekolah memiliki kualitas yang sama.

Lebih lanjut, ia menginformasikan ada 99 SMP di Boyolali yang terdiri dari 52 SMP negeri dan 47 SMP swasta. Pada PPDB 2023 ini sebanyak 12.268 siswa baru tertampung di SMP wilayah Boyolali.

“PPDB SMP negeri kemarin ada empat jalur. Jalur zonasi minimal 50 persen [dari kuota], jalur prestasi maksimal 30 persen, mutasi maksimal lima persen, dan afirmasi minimal 15 persen,” kata dia.

Mulyono menjelaskan untuk penghitungan jarak zonasi dihitung dari kesepakatan Ketua RT dengan sekolah. Ada yang dihitung dari rumah Ketua RT, akan tetapi ada juga yang dihitung dari tengah-tengah area RT ke sekolah.

Setelah dihitung berdasarkan jarak, kemudian diurutkan berdasarkan calon siswa yang tertua ke yang termuda. Untuk jalur afirmasi, Disdikbud Boyolali menerapkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) atau Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai syarat.

“Karena dua itu yang menurut kami valid. Kemudian ada jalur prestasi, dan terakhir jalur mutasi itu hanya membutuhkan SK [Surat Keputusan] pindah tugas dari orang tua,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya