SOLOPOS.COM - Lalu lintas di Bundaran Karanggede yang masuk wilayah Boyolali utara, Sabtu (9/6/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Seluas 2.130 hektare lahan di Boyolali masuk dalam Kawasan Peruntukan Industri (KPI). Total ada 417 hektare di kawasan Boyolali utara dan 1.713 hektare di bagian selatan.

“Dari Kawasan Peruntukan Industri ini, kami menetapkan bahwa Boyolali utara ada seluas 417 hektare. Antara lain di Kecamatan Klego, Nogosari, dan Wonosegoro,” ungkap Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP3D) Boyolali, M. Syawalludin, saat dijumpai di kantornya, Selasa (14/6/2023).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Berdasarkan data dari BP3D Boyolali, wilayah Wonosegoro memiliki luas KPI sebesar 324 hektare, lalu Klego 87 hektare, dan Nogosari enam hektare.

Berikutnya, di wilayah selatan ada Kecamatan Ampel dengan 1.169 hektare, Banyudono 57 hektare, Boyolali 56 hektare, Cepogo 157 hektare, Mojosongo 96 hektare, Ngemplak tujuh hektare, Sambi enam hektare, Sawit lima hektare, dan Teras 160 hektare. Total ada 1.713 hektare.

Beberapa kecamatan seperti Andong, Juwangi, Karanggede, Kemusu, dan Simo belum masuk ke KPI dengan alasan merupakan kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), lahan sawah dilindungi (LSD). Khusus di wilayah Juwangi dan Kemusu karena banyak lahan milik Perhutani.

Syawal menceritakan, salah satu investor, yaitu pabrik sepatu, pernah membidik Desa Bantengan, Kecamatan Karanggede untuk investasi. Namun, Desa Bantengan tidak termasuk dalam KPI sehingga tidak dibolehkan untuk berinvestasi di sana.

“Pak Bupati dalam visi misinya jelas mengatakan bahwa investasi yang masuk Boyolali tentu harus memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, wabil khusus untuk LP2B, khususnya lahan cadangan sawah harus dipertahankan,” kata dia.

Kemudian, investor pabrik sepatu tersebut diarahkan ke Wonosegoro. Syawal menceritakan investor telah mengecek lokasi, akan tetapi dianggap terlalu jauh. Ia memperkirakan alasan investor membidik Karanggede karena dekat dengan pintu tol.

Walaupun begitu, Syawal mengungkapkan tidak menutup kemungkinan jika investor ingin melirik lahan di desa tertentu. Nantinya tetap akan dicek ke dalam  Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

“Tinggal lihat peruntukannya. Saya katakan kawasan industri memang sudah siap penetapannya begitu. Tapi kemudian secara teknis jika ada investor melirik misal di Andong desa A, misal 3-5 hektare, tentu kami cross check lagi di RTRW. Yang saya katakan tadi memang KPI yang telah disiapkan, cuma titik lahan mana yang merah dan hijau, kami harus cek di RTRW,” kata dia.

Investasi di Boyolali Utara

Selanjutnya, Syawal mengungkapkan investasi yang telah masuk di Boyolali utara berada di Klego, yaitu dari Eco Smart Garment Indonesia (ESGI). Perusahaan tersebut juga diketahui berada di Kecamatan Sambi dan merupakan anggota dari PAN Brothers.

Lalu, ada pengembangan pembibitan ayam dari PT Japfa yang berada di Wonosegoro, yaitu di Kedungpilang terlebih dahulu. Lalu ke Repaking yang berbatasan langsung dengan Kedungjati, Grobogan.

“Total investasi yang sudah masuk di Boyolali berdasarkan data Dinas Perizinan pada 2021 senilai Rp1,9 triliun, 2022 ada Rp3,1 triliun, dan 2023 berjalan di triwulan I sudah Rp599 miliar. Jadi progres investasinya naik di Boyolali,” kata dia.

Guna membangun iklim investasi, khususnya di wilayah Boyolali utara, Bupati Said telah menetapkan arah kebijakan pembangunan. Hal itu termasuk membangun kualitas infrastruktur.

Syawal mengungkapkan, anggaran pembangunan jalan dan jembatan pada 2022 di Boyolali utara mencapai Rp67 miliar. Anggaran tersebut khusus di bina marga dari total belanja modal Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp320 miliar.

Lalu, pada proses berjalan 2023 ini, Syawal mengatakan total Rp35 miliar. Namun, ia mengungkapkan jumlah tersebut kemungkinan masih bisa berubah karena ada APBD perubahan.

“Itu nanti tentu untuk infrastruktur jalan di utara ada penambahan. Pada 2024 kami sudah usulkan Rp68,7 miliar. Ini dari perbaikan infrastruktur jalan. Harapannya, akses transportasi di wilayah utara lancar agar investor bisa masuk,” jelas dia.

Ketika infrastruktur jalan di Boyolali utara diperbaiki, maka diharapkan akan ada kawasan pertumbuhan baru.

Syawal melihat dari topografis dan geografis di bagian wilayah utara yang dilewati jalan arteri provinsi yaitu Karanggede, Klego, dan Andong. Ia menilai tiga-tiganya memiliki potensi, khususnya Karanggede yang dekat dengan Salatiga dan ada pintu tol.

Andong juga dianggap memiliki potensi pengembangan dari wilayah Nogosari karena dekat dengan bandara dan pintu tol Bandara dan Colomadu.

“Sehingga Pak Bupati pada 2023 dan 2024 menetapkan arah kebijakan dan prioritas pembangunan infrastruktur di wilayah utara. Kita bisa lihat, jalan dari Karanggede menuju Juwangi sudah bagus, demikian titik dari Cepresan ke Juwangi juga sudah bagus, itu yang menjadi prioritas,” jelas dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya