Soloraya
Selasa, 15 Januari 2019 - 18:20 WIB

2 Orang Meninggal, Bupati Sragen Tetapkan Kejadian Luar Biasa DBD

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen mencatat ada 111 kasus dengan dua korban jiwa akibat serangan demam berdarah dengue (DBD) dalam 14 hari terakhir.

Terkait itu, DKK menyebut itu kejadian luar biasa (KLB) kasus DBD. DKK sampai membentuk posko siaga DBD di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten yang efektif bekerja mulai Senin (14/1/2019) untuk mencegah jatuhnya korban lain.

Advertisement

Hal tersebut disampaikan Kepala DKK Sragen Hargiyanto saat ditemui wartawan, Selasa (15/1/2019), di kantornya, Jl. Raya Sukowati Sragen. Perkembangan kasus DBD tersebut sudah dilaporkan kepada Bupati Sragen lewat nota dinas.

Dia menerangkan 111 kasus DBD itu menyebar di semua kecamatan Kabupaten Sragen, kecuali Sambirejo. Dua orang yang meninggal dunia masing-masing Ardian, 14, warga Desa Katelan, Tangen, dan Suyanto, 35, warga Desa Taskerep, Kecamatan Sambungmacan, Sragen.

Keduanya meninggal dunia di RSUD Sragen. “Dengan banyaknya kasus tersebut maka Sragen dinyatakan KLB DBD. Kami sudah melakukan pemberantasan sarang nyamuk [PSN] di seluruh wilayah puskesmas di Sragen dengan mengerahkan satu rumah satu jumantik [juru pemantau jentik-jentik nyamuk]. Harapannya setiap keluarga ada jumantik. Kemudian ada juga pemberian obat abate, fogging, dan pembentukan posko siaga DBD di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten,” ujar Hargiyanto didampingi Sekretaris DKK Sragen Fanni Fandani dan tim dari Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKK Sragen.

Advertisement

Kabid P2P DKK Sragen, Y. Agus Sudarmanto, mencatat ada 45 desa endemis dari 208 desa/kelurahan yang ada. Dia mengatakan desa endemis itu tidak bisa menjadi tidak relevan ketika kasus DBD itu muncul bukan disebabkan lingkungan setempat tetapi dari lingkungan di luar tempat tinggalnya, seperti di sekolah atau tempat kerja.

Dia menjelaskan kasus DBD itu tidak bisa diprediksi dan mengakibatkan kematian. “Masa kritis DBD itu pada demam pada hari ke-4 atau ke-5. Kadang-kadang panasnya turun tetapi tiba-tiba langsung drop dan meninggal dunia. Trombosit misalnya yang turun sampai 10 selamat tetapi yang masih tinggi di angka 90 justru meninggal,” ujar dia.

Agus mengungkapkan selama 2018 ada 345 kasus DBD dan tiga orang di antaranya meninggal dunia, yakni satu kasus meninggal dunia di Januari 2018 dan dua kasus meninggal di Desember 2018.

Advertisement

Dia melihat kasus yang meningkat drastis di awal 2019 ini disebabkan perubahan musim dari kemarau ke penghujan tetapi selama musim penghujan intensitas hujan tidak tinggi sehingga banyak ditemukan genangan air.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengaku sudah mendapatkan nota dinas terkait dengan kondisi KLB serangan DBD di Sragen. Dia menyebut kasus DBD paling banyak ada di Mondokan sebanyak 21 kasus, disusul Sumberlawang 15 kasus, Gemolong dan Tangen masing-masing 11 kasus, Miri 10 kasus, dan kecamatan lainnya yang rata-rata ada enam kasus ke bawah.

“Saya turun sendiri ke masyarakat memberi penyuluhan tentang perilaku hidup sehat. Fogging bukan solusi utama tetapi kebersihan lingkungan dan rumah lewat menggiatkan PSN itulah yang efektif mencegah munculnya DBD. Kami segera mengeluarkan SE untuk pelaksanaan PSN serentak. Selain itu nanti ada rencana rapat kerja khusus membahas DBD,” ujarnya.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif