SOLOPOS.COM - Ustaz Abu Bakar Ba’asyir saat ditemui di kediamannya di Ngruki, Cemani, Grogol, Sukoharjo, Senin (10/10/2022) malam. (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO — Genap 20 tahun peristiwa Bom Bali pada 12 Oktober 2002 yang merenggut ratusan korban jiwa.

Salah satu pendiri Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Ustaz Abu Bakar Baasyir, pernah diduga terlibat dalam kasus pengeboman itu. Ustaz Abu Bakar Baasyir mengatakan sebenar apa pun tujuannya, kekerasan tetaplah cara yang salah.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Kata Rasulullah lawanlah kemungkaran itu dengan tangan, kalau tidak mampu dengan lidah [melalui dakwah] kalau tidak mampu dengan hati. Dengan tangan maksudnya dengan kekerasan tetapi baru dipakai jika ada kekuasaan,” terang Ustaz Abu Bakar Baasyir saat ditemui dikediamannya, Senin (10/10/2022) malam.

“Jadi penguasalah yang berhak. Kalau kita menganggap itu mungkar yang berbahaya dilaporkan saja kepada polisi supaya dilarang, begitu seharusnya. Tidak trus mengebom sendiri seperti itu,” terang Ustaz Abu Bakar Baasyir.

Seperti diketahui peristiwa bom bunuh diri itu terjadi di Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali. Sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat, walaupun jaraknya cukup berjauhan.

Baca juga: CATATAN PERISTIWA DUNIA HARI INI : 26 Maret 1968, Soeharto Dilantik Sebagai Presiden

Diketahui salah satu latar belakang peristiwa Bom Bali terjadi karena para teroris menganggap bahwa Bali adalah pusat maksiat dan lokasi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Ustaz Abu mengatakan sebetulnya tujuan para pelaku benar yakni memerangi setiap ada maksiat. Tetapi penggunaan kekerasan menurutnya keliru. Sebab dalam Islam dia menyebut kekerasan tidak diperbolehkan kecuali negara tersebut menggunakan hukum Islam.

Dalam arti lain kekerasan hanya diperbolehkan jika mereka memiliki kekuasaan. Dia mengaku awalnya tak tahu siapa pengebom itu.

“Masalah bom Bali itu pemicu [namanya terseret dalam kasus tersebut karena pelaku] bekas murid saya yang dua anggota jamaah. Tetapi saya sama sekali tidak diberitahu, jangankan minta izin memberitahu saja tidak. Sehingga saya tahunya setelah ada berita di luar ada orang yang ngebom di sana [di Bali],” ungkap pria yang kini mengalami pengapuran pada kakinya sejak berada di penjara.

Dalam peradilan kasus itu menurut ceritanya, tersangka kasus bom Bali sempat ditanya hakim. Mengapa sebagai kiainya, Ustaz Abu Bakar tidak diberitahu perihal rencana pengeboman itu, tersangka sempat mengatakan kalau meminta izin dirinya pasti tidak akan diperbolehkan.

Baca juga: Abu Bakar Ba’asyir Tegas Akui Ideologi Pancasila, Ini Kata Keluarga

“Karena saya mempunyai pandangan memperjuangkan Islam itu hanya melalui dakwah saja tidak usah pakai kekerasan. Tetapi nampaknya mereka mempunyai pandangan sendiri mengenai Bom Bali itu,” terang Abu.

Ustaz Abu mengaku tidak percaya ledakan dasyat itu berasal dari bom bikinan pelaku sendiri. Menurutnya mereka tidak pernah belajar perakitan bom seperti itu.

“Saya kira itu ada kemasukan orang luar, tidak mungkin mereka bisa bikin. Saya tidak percaya mereka bisa bikin bom yang menewaskan ratusan orang seperti itu,” ujar Abu.

Menurutnya beberapa pihak masih mencurigai keterlibatan dirinya meskipun pengadilan telah memutuskan dia tidak terlibat sama sekali dengan bukti-bukti yang jelas. Beberapa pihak dari negara lain justru menilai jika ketidakterlibatan Ustaz Abu justru tidak masuk akal.

Padahal dia mengatakan tak pernah mengetahui apa yang sedang terjadi di Bali, bahkan rumor perihal kemaksiatan yang menjadi latarbelakang pengeboman itu.

Baca juga: Sejarah Hari Ini: 16 Juni 2001, Abu Bakar Ba’asyir Divonis 15 Tahun

“Saya pun tidak mengerti kalau di Bali ada usaha untuk perzinahan, saya tidak pernah mengerti. Baru mengerti setelah adanya bom Bali,” jelas Abu.

Akui Pancasila

Sementara itu, Putra Abu Bakar Ba’asyir, Abdul Rochim, mengatakan kini sang ayah mengakui Pancasila. Pria yang akrab disapa Iim itu membenarkan Abu Bakar Ba’asyir dulu memang bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Hal itu lantaran, menurut Abu Bakar Ba’asyir ideologi tersebut bertolak belakang dengan hukum Islam. Namun, setelah menelaah lebih dalam,  ayahnya berpendapat Pancasila dibuat oleh para ulama yang ketika proses pembuatannya menerapkan Islam secara kafah atau sempurna.

Pria yang disapa Iim itu menegaskan, Abu Bakar Ba’asyir tidak menolak konsep apa pun termasuk Pancasila. Asalkan tidak bertentangan dengan hukum-hukum Islam. Menurut dia, ayahnya juga merupakan sosok yang dialektis dan siap berdiskusi dengan siapa saja.

Baca juga: Danrem Warastratama Silaturahmi ke Abu Bakar Ba’asyir di Ngruki

Ustaz Abu Bakar diduga oleh beberapa pihak sebagai salah seorang yang terlibat dalam pengeboman, dia dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan yang diajukan oleh jaksa penuntut umum atas dugaan konspirasi pada Maret 2005 dan hanya divonis atas pelanggaran keimigrasian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya