SOLOPOS.COM - Petani ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Kedung Ombo, Dukuh Bulu Serang, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali saat memindahkan ikan yang mengalami kematian massal, Minggu (1/1/2023). Kematian massal tersebut dimulai sejak Sabtu (31/12/2022) pagi. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati, melalui Kepala Bidang (Kabid) Perikanan, Nurul Nugroho, Selasa (3/1/2022), menjelaskan, ikan yang mati di keramba jaring apung (KJA) Waduk Kedung Ombo (WKO) cepat membusuk dan jadi bangkai, sehingga tak layak dikonsumsi.

Ikan WKO yang mati itu disarankan untuk dibakar atau dikubur agar tidak dikonsumsi warga. Jika dikonsumsi, bakal menimbulkan penyakit baru karena bukan ikan sehat.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Berdasarkan data terakhir pada Senin (2/1/2023) malam, kematian ikan di keramba jaring apung (KJA) Waduk Kedung Ombo (WKO) , Kemusu, Boyolali mencapai 200 ton.

Total kerugian sekitar Rp5,4 miliar, dengan jumlah petani terdampak mencapai 37 sejak akhir pekan lalu.  Walaupun begitu, ia menjelaskan kondisi air pada hari ini sudah mulai membaik dilihat dari parameter kualitas air secara fisik dan kimia.

“Ikan yang mati karena amonia itu kan cepat membusuk jadi enggak bisa dijual. Paling banter 10 persen bisa dijual, 90 persen jadi bangkai jadi hanya bisa dibakar atau dikubur. Ikan yang mati di kolam kami sarankan untuk segera dibuang karena akan memicu timbulnya penyakit baru,” kata Nugroho.

Sementara, secara fisik, ia mengatakan kondisi perairan saat ini mulai cerah. Nugroho mengatakan tim dari Disnakkan Boyolali telah melakukan pengecekan air pada Selasa (3/1/2022) pagi.

Senada, salah satu petani keramba ikan, Marno, 38, mengatakan bahwa ikan-ikannya yang mati langsung dikubur di pulau-pulau kecil sekitar WKO Boyolali.

Marno merugi karena sekitar 15-20 ton ikannya mati pada Sabtu sore

“Saya pelihara ikan emas, nila, dan patin. Tingkat kematian sekitar 75%, jadi ini sisa 25%. Yang banyak bertahan ikan patin, mungkin karena paling tahan perubahan cuaca,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di kerambanya, Minggu (1/1/2023).

Marno mengungkapkan dirinya rugi besar. Ia menyebut harga rata-rata per kilogram ikan sekitar Rp25.000. Jika terdapat 20 ton ikan, maka kerugiannya bisa mencapai Rp500 juta.

Guna meminimalisasi ikan-ikan yang mati, Marno berusaha untuk menyemprot oksigen ke air, ada keramba yang dipindah dan dilepas.

Provinsi Jawa Tengah

Selanjutnya, pada Selasa sore ini akan ada kunjungan dari jajaran Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah dan dari Disnakkan Boyolali.

“Bersama jajaran akan ke lokasi terdampak fenomena upwelling di Dukuh Bulu Serang, Desa Wonoharjo dalam rangka audiensi dengan kelompok tentang kebutuhan dan penanganan pasca-dampak kematian massal ikan karena upwelling,” jelasnya.

“Untuk DO [drop oksigen] hari ini 4,7 mg/L, suhu 29 – 30 derajat celsius, pH 6 – 7, kemudian Nitril 0,01 mg/L. Tindakan yang perlu dilakukan petani adalah menaikkan DO yang masih rendah di bawah 5 mg/L yaitu dengan menggunakan pompa,” ujarnya.

Sebagai upaya mitigasi, ia menjelaskan Disnakkan Boyolali akan rutin melakukan monitoring kualitas air. Kemudian merekomendasikan rasionalisasi jumlah dan rezonasi KJA.

Sementara, terkait rasionalisasi, Disnakkan Boyolali sebatas merekomendasikan karena pengelola yang berwenang adalah Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana.

“Rasionalisasi itu semisal saat ini di Bulu ada 700 – 800 petak keramba. Nah, nanti ada kajian dari BBWS terkait daya dukung perairan berapa. Misal daya dukung 300 petak berarti ya dikurangi 400. Misal 500 ya dikurangi 200,” ujarnya.

Nugroho menyampaikan tetap akan ada potensi pengurangan keramba di Desa Wonoharjo, namun menunggu kajian dari BBWS Pemali Juana.

Ia menjelaskan BBWS Pemali Juana telah melakukan kajian di WKO area Sragen, akan tetapi untuk Boyolali belum dilakukan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya