Soloraya
Selasa, 22 Oktober 2019 - 11:35 WIB

200 Ha Sawah di Klaten Dibiarkan Bera, Ini Sebabnya

Ponco Suseno  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Bisnis)

Solopos.com, KLATEN -- Lahan pertanian seluas 200 hektare yang tersebar di berbagai daerah di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dibiarkan bera atau tak ditanami selama musim kemarau.

Selain kekeringan akibat musim kemarau, lahan ratusan hektare itu dibiarkan bera karena petani takut tanaman padinya diserang hama tikus.

Advertisement

Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan HortikulturaDinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Erni Kusumawati, mengatakan lahan bera di Kabupaten Bersinar tersebar di berbagai kecamatan, seperti di Juwiring, Wonosari, Delanggu, Karangdowo, Karangnongko, Polanharjo, dan lainnya.

Diharapkan, sawah yang bera itu dapat ditanami tanaman padi saat musim tanam mendatang.

“Jumlah lahan yang bera masih di angka 200 hektare. Jumlah itu sudah berkurang drastis dibandingkan beberapa bulan sebelumnya yang mencapai 800 hektare. Ini disebabkan sudah bekurangnya serangan hama tikus di berbagai lahan, seperti di Polanharjo, Wonosari, Juwiring, dan lainnya,” katanya saat ditemui wartawan di aula Kecamatan Polanharjo, Senin (21/10/2019).

Advertisement

Erni Kusumawati memprediksi musim hujan di Klaten berlangsung November mendatang. Di kesempatan itu, DPKPP Klaten bakal menggenjot percepatan tanam tanaman padi.

“Di tingkat petani pola tanam padi-padi-pantun masih sering terjadi. Hal ini mengakibatkan makanan tikus selalu tersedia setiap waktu. Mulai musim tanam ke depan semoga seluruh areal pertanian di Klaten sudah dapat ditanami padi kembali. Sehingga tak ada yang bera,” katanya.

Erni Kusumawati mengatakan serangan hama tikus dan wereng masih perlu diwaspadai di berbagai daerah di Klaten. Serangan tikus dan wereng seringkali mengakibatkan gagal panen di tingkat petani.

Advertisement

“Nantinya, kami membentuk enam posko. Masing-masing posko itu berada di Polanharjo, Karangnongko, Juwiring, Wonosari, Delanggu, dan Karangdowo. Dengan adanya posko itu, semoga dapat mendeteksi ancaman hama tikus [dan wereng]. Sehingga, hasil panenan dapat maksimal,” katanya.

Camat Polanharjo, Milias Dwi Hariana, mengatakan musuh utama petani di kawasan Polanharjo saat menanam tanaman padi, yakni serangan hama tikus. Di musim kemarau ini, serangan tersebut berkurang drastis.

“Panas yang menyengat di musim kemarau mengakibatkan pertumbuhan tikus tak optimal. Para petani di Polanharjo justru senang saat berlangsung musim kemarau. Selain pasokan sinar matahari, pasokan air di sini sangat cukup. Saat berlangsung musim hujan nanti, sosialisasi tentang pentingnya gropyokan tikus terus dilakukan. Sekali gropyokan itu bisa memperoleh tikus sebanyak 300 ekor-1.000 ekor,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif