Soloraya
Sabtu, 1 Desember 2012 - 14:52 WIB

2015, 267 Desa/Kelurahan di Boyolali Ditarget Terbentuk WPA

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BOYOLALI — Peningkatan jumlah kasus penyakit HIV/AIDS yang terungkap di Kabupaten Boyolali setiap tahunnya, mendapatkan perhatian serius dari pemerintah kabupaten (Pemkab) setempat.

Sebelumnya, Sabtu (1/12/2012), sebanyak tujuh penderita HIV/AIDS di Kabupaten Boyolali meninggal dunia selama 2012 ini. Sementara jumlah kasus penderita HIV/AIDS yang tercatat tahun ini mencapai 33 kasus. Jumlah itu meningkat sekitar 32 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 25 kasus dengan jumlah penderita meninggal dunia 12 orang.

Advertisement

Dalam penanggulangan kasus penyakit tersebut, Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Boyolali bakal menggencarkan pembentukan warga peduli AIDS (WPA) di wilayah itu.

“Tahap awal pembentukan WPA akan kami mulai Senin (3/12) mendatang. Dimulai dari tiga kecamatan terlebih dulu, yaitu Mojosongo, Klego dan Ampel. Kami menargetkan 2015 mendatang semua desa/kelurahan di Boyolali sudah terbentuk WPA,” ujar Kepala Seksi (Kasi) Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Edi Siswanto, ketika ditemui wartawan di kantor pemkab setempat, Sabtu (1/12/2012).

Edi menjelaskan alasan dipilihnya tiga kecamatan, yaitu Mojosongo, Klego dan Ampel, lantaran jumlah kasus penyakit HIV/AIDS di ketiga wilayah itu tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya. Tahun 2012 tercatat ada tujuh penderita HIV/AIDS di Kecamatan Mojosongo, tiga penderita di Kecamatan Klego dan sembilan penderita di Kecamatan Ampel.

Advertisement

Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinkes Boyolali, Ahmad Muzayin menerangkan WPA akan menjadi pionir di lingkungan warga yang peduli terhadap virus mematikan ini.
Dengan berbagai kegiatannya, WPA dapat mengajak masyarakat di sekitar untuk memahami segala hal tentang HIV/AIDS dengan lebih mendalam. Menurut Muzayin, semua kalangan masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS yang benar, sehingga tidak akan mengucilkan ODHA.

“Kami harap dengan keberadaan WPA ini bisa mengurangi diskriminasi terhadap orang dengan HIV-AIDS [ODHA],” ujarnya.

Di samping pembentukan WPA sebagai salah satu prioritas utama, KPAD Boyolali juga melakukan restrukturisasi terhadap kepengurusan organisasi itu.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif