Soloraya
Kamis, 17 Juni 2021 - 01:09 WIB

24 Klaster Covid-19 Muncul Dalam Sepekan Di Sukoharjo, Mayoritas Keluarga

R Bony Eko Wicaksono  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Corona B1617 dari India naik status (ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SUKOHARJO — Sebanyak 24 klaster penularan Covid-19 muncul dalam sepekan di Kabupaten Sukoharjo yang mayoritas merupakan klaster keluarga.

Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap transmisi lokal penularan Covid-19 lantaran banyaknya klaster keluarga tersebut. Pengawasan kegiatan sosial budaya termasuk hajatan pernikahan bakal lebih diperketat guna mencegah kerumunan.

Advertisement

Data yang diperolah Solopos.com, 24 klaster Covid-19 yang muncul sepekan terakhir itu semuanya masih aktif dan berpotensi menularkan virus ke orang lain.

Baca Juga: Pemkab Sukoharjo Buka 827 Lowongan CPNS dan PPPK 2021

Advertisement

Baca Juga: Pemkab Sukoharjo Buka 827 Lowongan CPNS dan PPPK 2021

Sebagian besar klaster Covid-19 baru di Sukoharjo itu merupakan klaster yang sumber penularannya berasal dari salah satu anggota keluarga. Transmisi terjadi cukup cepat saat bertemu anggota keluarga atau sanak famili di rumah.

“Transmisi virus antarwarga semakin banyak di setiap kecamatan. Hal ini harus diwaspadai masyarakat yang beraktivitas di luar rumah setiap hari. Jangan pernah menganggap sepele protokol kesehatan seperti memakai masker,” kata Sekda Sukoharjo, Widodo, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Rabu (16/6/2021).

Advertisement

Baca Juga: Sekdes Karangwuni Positif Covid-19, Seluruh Sekdes di Polokarto Sukoharjo Dites Antigen

Beberpa waktu lalu, sempat ada pasien positif yang terindikasi terpapar varian baru Covid-19 itu di Sukoharjo. Namun, setelah sampel cairan tenggorokan diteliti secara mendalam ternyata bukan varian Delta dari India.

Memperketat Hajatan

Satgas Penanganan Covid-19 Sukoharjo juga bakal memperketat kegiatan sosial budaya termasuk hajatan pernikahan yang digelar masyarakat untuk menekan munculnya klaster keluarga maupun hajatan.

Advertisement

Pembatasan jumlah tamu undangan tetap diterapkan dengan menerapkan sistem banyu mili dalam penerapan pemberlakuan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro.

Baca Juga: Tertular Sekdes, Kades Karangwuni Sukoharjo Positif Covid-19

“Tidak ada meja dan kursi di lokasi hajatan pernikahan. Kegiatan sosial budaya diperketat untuk mencegah munculnya klaster baru Covid-19,” ujarnya.

Advertisement

Mobilitas masyarakat yang berasal dari dan ke daerah zona merah dengan beragam keperluan bakal dipantau secara ketat. Satgas di tingkat desa/kelurahan dioptimalkan untuk memantau masyarakat yang bepergian ke daerah zona merah.

Mereka diwajibkan menjalani isolasi mandiri sebelum bertemu anggota keluarga atau tetangga rumah. Terlebih, sejumlah daerah Soloraya berstatus zona merah atau risiko tinggi seperti Kabupaten Sragen dan Kabupaten Wonogiri.

Baca Juga: Waduuuh! Tiga Pasien Covid-19 Sukoharjo Terdeteksi Kontak Erat dari Kudus

“Wilayah Sukoharjo berbatasan langsung dengan Wonogiri. Mobilitas masyarakat dari dan ke Wonogiri cukup tinggi. Masyarakat harus lebih waspada,” ujar Widodo.

Menyusun SE Bupati Tentang PPKM Mikro

Lebih jauh, Widodo menyampaikan tengah merumuskan berbagai kebijakan yang mengatur tentang penanganan pandemi Covid-19 di Kabupaten Jamu. Kebijakan itu tertuang dalam surat edaran Bupati Sukoharjo tentang perpanjangan masa PPKM Mikro.

Surat edaran Bupati ini menyesuaikan SE Gubernur Jawa Tengah dan Instruksi Menteri Dalam Negeri. Saat ini, draf perpanjangan masa PPKM Mikro baru disusun oleh satgas.

Baca Juga: Sentra Industri Rotan Trangsan Sukoharjo Sudah Ada Sejak Zaman Belanda, Begini Cerita Asal Usulnya

“Kami menerima banyak masukan dan saran termasuk kembali mengoperasikan rumah sehat Covid-19 di Kelurahan Mandan, Kecamatan Sukoharjo, sebagai tempat isolasi terpadu,” paparnya.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sukoharjo, Yunia Wahdiyati, menyatakan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) ICU rumah sakit rujukan Covid-19 sekitar 55 persen.

Sedangkan tingkat keterisian bed di ruang isolasi sekitar 72 persen. Yunia menyebut pasien positif tanpa gejala bisa menjalani isolasi terpadu di RS UNS, Kartasura. Di ruang isolasi rumah sakit tersebut terdapat 150 bed.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif