Soloraya
Senin, 27 Juni 2011 - 20:16 WIB

26 Desa di Sragen terancam kekeringan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sragen (Solopos.com) – Setidaknya 26 desa di 11 kecamatan di Kabupaten Sragen terancam kekeringan pada musim kemarau tahun ini. Dinas Sosial setempat ancang-ancang menggunakan anggaran tak terduga Rp 2 miliar untuk mengatasi ancaman kekurangan air bersih.

Kabid Bantuan Jaminan Sosial Dinsos Sragen, Harianto, ditemui wartawan di kantornya, Senin (27/6/2011), mengatakan tahun ini tidak ada anggaran khusus untuk kekeringan. Pasalnya anggaran di satuan kerja (Satker) tahun ini turun drastis menjadi Rp 430 juta dari sebelumnya Rp 1,425 miliar. “Seperti data sebelumnya ada 26 desa di 11 kecamatan yang berpotensi terdampak kemarau berupa kekurangan air bersih. Tapi dua desa di Kecamatan Kalijambe dan Masaran tidak parah,” katanya.

Advertisement

Dia mengakui saat ini belum terjadi kekeringan di Bumi Sukowati. Namun menilik mulai berkurangnya persediaan air di sejumlah wilayah di Sragen, kemungkinan besar bakal terjadi kelangkaan air hingga akhir tahun ini. Harianto sendiri memprediksi puncak kekeringan tahun ini terjadi bulan Ramadan hingga setelah Lebaran. Untuk itu Dinsos telah berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk mengantisipasi kekurangan air. “Persediaan air di beberapa daerah yang menggunakan air bawah tanah mulai menyusut. Sehingga kami terus pantau perkembangan di daerah,” imbuhnya.

Mengenai tidak adanya anggaran kekeringan, menurut Harianto tidak begitu mengkhawatirkan. Sebab masih ada anggaran tak terduga Rp 2 miliar yang sewaktu-waktu bisa digunakan untuk mengatasi/merespons bencana termasuk kekeringan. Namun demikian penggunaan anggaran tak terduga tetap harus sepertujuan Bupati, Agus Fatchur Rahman. Di sisi lain Dinsos Sragen juga mengupayakan antisipasi kekeringan dengan menggandeng perusahaan swasta/pemerintah untuk menggelar corporate social responsibility (CSR).

Lebih lanjut Harianto mengakui beberapa tahun terakhir anggaran tak terduga tidak pernah digunakan. Kali terakhir anggaran tak terduga digunakan untuk mengatasi banjir bandang tahun 2007 lalu. Di sisi lain, kekeringan parah sebelumnya terjadi trahun 2008 dimana Pemkab Sragen menerima begitu banyak permintaan air dari masyarakat di daerah pelosok. Sementara Dirut PDAM Sragen, Aris Wahyudi menyatakan pihaknya siap mem-backup pengamanan air bersih untuk masyarakat kemarau ini. “Ketersediaan air di PDAM cukup, kami tinggal tunggu permintaan dropping saja,” tegas dia.

Advertisement

kur

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif