Soloraya
Kamis, 27 Agustus 2020 - 20:30 WIB

3.000 Bibit Pisang Cavendish Siap Ditanam di Sumberlawang Sragen Pekan Depan

Muh Khodiq Duhri  /  Ginanjar Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tanaman pisang di kebun pisang Desa Kunti, Kecamatan Andong, Boyolali, berbuah, Minggu (28/6/2020). Kebun itu disiapkan jadi embrio pengembangan tanaman pisang cavendish di Jawa Tengah. (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 3.000 bibit buah pisang cavendish siap ditanam di area pertanian di Desa Pagak, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, pekan depan.

Bukan hanya kalangan kepala desa (kades) yang berminat membudidayakan pisang cavendish, sekitar lima warga juga berniat membudidayakan pisang dengan nama lain ambon putih ini.

Advertisement

“Untuk tahap pertama, 3.000 bibit sudah datang. Kami tinggal menunggu pupuknya,” ujar praktisi budidaya pisang cavendish, Giyanto, kepada Solopos.com, Kamis (27/8/2020).

Hari Ini 2,5 Juta Pekerja Terima Subsidi Gaji Rp600.000/bulan

Advertisement

Hari Ini 2,5 Juta Pekerja Terima Subsidi Gaji Rp600.000/bulan

Pisang cavendish di Desa Pagak itu dibudidayakan secara individu. Untuk sementara ini, baru ada lima individu di Desa Pagak yang serius membudidayakan jenis pisang ini.

Total lahan seluas dua hektare disiapkan untuk membudidayakan pisang cavendish oleh lima warga ini. Selain di Desa Pagak, lahan untuk budidaya pisang cavendish juga disiapkan di Desa Karangtalun, Kecamatan Tanon, Sragen.

Advertisement

Proses

Giyanto menjelaskan penyemaian bibit pisang berlangsung sekitar empat bulan. Sementara pisang itu ditarget bisa panen setelah 7-8 bulan dari masa tanam bibit.

Satu bibit dihargai Rp15.000. Setelah panen tiba, satu tandan pisang dihargai lebih dari Rp100.000, tergantung jumlah sisir.

Hasil panen buah pisang cavendish itu dikabarkan nantinya akan diborong oleh perusahaan penyedia bibit. Selanjutnya, pisang itu akan diolah menjadi tepung sebelum diekspor ke Jepang.

Advertisement

Sebelumnya, kalangan kepala desa di Sragen juga menyiapkan lahan seluas sekitar 20 hektare untuk budidaya pisang cavendish. Lahan pertanian seluas 22 hektare di wilayah Kabupaten Sragen disiapkan untuk lokasi budi daya pisang cavendish atau ambon putih.

Jika tidak ada halangan, tanaman hortikultura itu akan mulai ditanam pada akhir Agustus ini.

Lahan seluas 22 hektare itu terbagi di enam kecamatan yakni Plupuh, Tanon, Kalijambe, Gemolong, Sumberlawang dan sebagian Sambirejo. Kepala Desa Sambirejo, Kecamatan Plupuh, Pri Handoko, menjadi salah satu pemrakarsa penanaman pisang cavendish di Bumi Sukowati.

Advertisement

Menurutnya, pisang cavendish nantinya lebih banyak dibudidayakan di wilayah utara dan barat Sungai Bengawan Solo yang selama ini dikenal tandus.

“Sementara sudah ada 20 kepala desa yang mau mendukung budi daya pisang ini. Rencananya kami mendirikan Koperasi Raja Pisang Sukowati. Anggotanya ya para kepala desa itu. Nanti kepala desa yang lain juga bisa ikut bergabung,” ucap Pri Handoko yang lebih akrab disapa Hanjus tersebut kepada Solopos.com, Sabtu (8/8/2020).

Tren

Pisang cavendish atau pisang ambon putih menunjukkan tren permintaan yang tergolong tinggi di pasar dunia. Pisang ini menjadi salah satu komoditas buah favorit di berbagai negara.

Makan Nasi Goreng Pakai Timun Bisa Berbahaya, Baca Ini!

Rencananya, hasil panen pisang cavendish di Sragen diolah menjadi tepung. Selanjutnya, tepung itu akan diekspor ke Jepang untuk diolah menjadi aneka makanan yang menyehatkan. Sebagai daerah tropis, Indonesia dipandang berpeluang besar meraup keuntungan dari pengembangan pisang cavendish.

“Harapan kami, pisang cavendish bisa menjadi ikon bagi Sragen nantinya. Kalau Solo punya tengkleng, Sukoharjo punya jamu, Wonogiri punya mete, Boyolali punya susu, Karanganyar punya jeruk tawangmangu, Sragen punya pisang cavendish. Ke depan kami akan membangun tugu pisang yang berukuran besar,” terang Pri Handoko.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif