SOLOPOS.COM - Puluhan knalpot brong dipamerkan sebelum dimusnahkan di Mapolres Sukoharjo, Senin (24/7/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Hanya dalam waktu tiga bulan, Mei-Juli 2023, Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Sukoharjo menyita 1.503 knalpot brong. Sepertiganya disita daam Operasi Patuh Candi 2023 yang dilaksanakan selama dua pekan pada Juli 2023.

Kapolres Sukoharjo, AKBP Sigit, mengatakan pengguna knalpot tak standar tersebut didominasi oleh pelajar.  Sebanyak 470 knalpot brong disita sepanjang Mei, 380 knalpot pada Juni,  653 knalpot pada Juli.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Sebenarnya yang paling banyak [menggunakan knalpot brong] adalah para pelajar mulai dari SMP dan SMA. Sementara di usia dewasa sudah banyak yang memikirkan untuk bagaimana mencari pekerjaan. Kalau anak-anak usia itu masih berusaha mencari jati diri dan tidak memikirkan risiko yang akan didapatkan,” ungkap Kapolres di Mapolres Sukoharjo, Senin (24/7/2023).

Pelajar yang Terjaring razia diberi edukasi dan sosialisasi agar tak melakukan kegiatan serupa. Selain itu, orang tua,  guru hingga kepala sekolah turut dihadirkan saat para pelajar tersebut tertangkap. Pelanggaran yang mereka lakukan secara individu, bukan berkelompok.

“Kalau komunitas kendaraan roda dua seperti vespa, trail, scoopy, honda dan lainnya tertib. Anak-anak ini tidak terlibat dalam komunitas, pelanggaran dilakukan by person,” paparnya.

Ia menyebut pengguna knalpot brong terbanyak terkena razia di wilayah perkotaan seperti Grogol. Kebanyakan para pengguna knalpot brong itu diciduk polisi saat melakukan balapan liar.

Lebih jauh Sigit mengungkapkan polisi bersama aparat TNI dan instansi lain melakukan operasi gabungan rutin setiap Jumat dan Sabtu malam untuk mengantisipasi munculnya gangguan ketertiban dan keamanan. Pencegahan lainnya adalah dengan menggelar sosialisasi larangan penggunaan knalpot brong kepada pemilik bengkel knalpot, toko penjual knalpot, komunitas teknik mesin otomotif, dan pelajar SMA/SMK.

Sementara itu pemilik knalpot brong, Budi Utomo, 29, mengaku memasang knalpot tak standar itu untuk membalas dendam kepada tetangga sekitar. “Saya membeli motor di diler bekas karena dendam dengan tetangga, untuk menutupi suara-suara yang merendahkan kondisi saya. Kalau di jalan raya sekadar untuk menaikkan kecepatan, semakin pembuangannya besar lajunya semakin kencang,” jelas Budi.

Kendati demikian ia mengaku kapok dan meminta rekan-rekannya yang masih menggunakan knalpot brong untuk menggantinya dengan knalpot berstandar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya