SOLOPOS.COM - Kerajinan gamelan di Desa Wirun sudah ada sejak tahun 1956 dengan perajin pertama Reso Wiguno.

Solopos.com, SUKOHARJO — Desa Wirun di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo memiliki keunikan dan pesona budaya turun-temurun yang sangat bernilai. Wirun juga dikenal sebagai satu-satunya desa yang jadi sentra industri gamelan di Jateng.

Selain gamelan, Desa Wirun juga memiliki kerajinan lain yang menarik, seperti kain jumputan, wayang kertas, keris, genteng, dan batik kayu. Kain jumputan adalah kain yang dicelup dengan pewarna alami dan diikat dengan benang sehingga membentuk motif tertentu.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dengan kekayaan budayanya, Desa Wirun dikenal sebagai salah satu desa wisata budaya. Pengerajin gamelan di Desa Wirun tersebar melingkari desa tersebut. Produk gamelan Desa Wirun sudah sampai pasar internasional.

Berikut ini tiga hal yang membuat Desa Wirun unik seperti dikutip Solopos.com dari berbagai sumber:

Industri Gamelan

Gamelan Desa wirun sukoharjo
Sejumlah pekerja menempa bahan pembuatan gamelan di Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo, Jumat (24/6/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

Melansir dari jatengprov.go.id, Selasa (25/7/2023), Desa Wirun menjadi satu-satunya sentra industri gamelan di Jawa Tengah yang berkembang sejak tahun 1954 dan memiliki belasan pengrajin hingga sekarang.

Ada hal menarik tentang gamelan itu sendiri. Alat ini pernah menjadi media penyebaran agama Islam di masa Sunan Kalijaga. Kemudian tradisi yang masih ada adalah acara Sekaten atau peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang masih diiringi dengan gamelan. Selain itu, kepemilikan gamelan secara historis terbatas pada para abdi dalem.

Dilansir dari pariwisatasolo.surakarta.go.id, proses pembuatan gamelan yang pertama yaitu memasak timah dan tembaga sebagai bahan untuk membuat lempengan dengan memasaknya di dalam wadah yang terbuat dari tanah liat hingga meleleh lalu dituang ke dalam cetakan. Ukuran cetakan dan jumlah bahan yang dimasak tergantung pada ukuran gamelan yang akan dibuat.

Setelah didinginkan, campuran dari timah dan tembaga tadi dikeluarkan dari cetakan lalu jadilah plat. Plat atau piringan inilah yang kemudian dipanaskan berulang lalu ditempa hingga menghasilkan bentuk. Proses penempaan ini dinamakan pandai/pande. Dalam proses ini memakan waktu sekitar dua jam dengan melibatkan 7-9 orang pekerja.

Proses selanjutnya adalah pengaturan nada gamelan yang dilakukan oleh penyelaras nada dengan cara manual sesuai aturan nada dasar yang sudah ada. Butuh keahlian tertentu untuk menjalani proses ini. Tak heran, karena tingkat kesulitan dan lamanya pembuatan gamelan membuat harganya tak main-main. Satu set gamelan berjumlah sekitar 26 item dibuat dalam kurun waktu 3-4 bulan dan setiap set gamelan lengkap dibanderol sekitar Rp300 juta lebih.

Wayang Kertas

wayang kertas sukoharjo
Mbah Brambang, perajin wayang kertas asal Godean, Wirun, Mojolaban, terus berkarya meski kini wayang buatannya sepi peminat. Foto diambil Minggu (2/10/2022). (Solopos/Tiara Surya Madani)

Budaya lain yang tumbuh di Desa Wirun adalah adanya kerajinan wayang kertas. Di desa ini ada seorang perajin wayang kertas yang sudah terkenal, yaitu Mbah Brambang. Pria sepuh yang bernama asli Wagyo Mertowirejo ini sudah menekuni kerajinan wayang kertas sejak 1966, saat banjir besar melanda Soloraya.

Mbah Brambang membuat wayang kertas dengan proses tatah atau pemotongan kertas wondertex, kemudian mewarnainya dengan cat bubuk yang dicampur minyak. Wayang kertas yang dibuat oleh Mbah Brambang mengambil tokoh-tokoh pewayangan Jawa, seperti Gatot Kaca, Werkudara, Baladewa, Brotoseno, Kumbokarno, dan lain-lain.

Harga wayang kertas buatannya berkisar antara Rp40.000 hingga Rp300.000, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan. Wayang kertas  Mbah Bambang juga sudah dipasarkan ke berbagai daerah baik dalam dan luar negeri, seperti Blitar, Malaysia, Singapura, Belanda, Korea, dan lain-lain,

Wayang kertas Mbah Brambang juga menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Desa Wirun, karena mereka bisa melihat proses pembuatan wayang kertas dan membelinya sebagai suvenir atau koleksi

Pura Sahasra

puri Sahasra desa Wirun sukoharjo
Penampakan Pura Sahasra dari atas. (youtube.com/@DesaWirun)

Di Desa Wirun terdapat Pura yang menjadi sentra peribadatan umat Hindu. Namanya Pura Sahasra. Pura ini memiliki keistimewaan, salah satunya adalah di dalamnya terdapat 50 miniatur bangunan kuno dari berbagai negara.

Pura Sahasra dibangun oleh Hardjanta Pradjapangarsa, seorang pengusaha yang berasal dari Jakarta dan beragama Hindu. Ia membangun pura ini sebagai tempat ibadah dan meditasi bagi dirinya dan umat Hindu lainnya.

Pura Sahasra memiliki nama lengkap Sahasra Adhi Pura, yang berarti pura yang memiliki seribu kebaikan. Pura ini juga dikenal dengan nama Candi Sonosewu oleh masyarakat setempat, yang berarti candi yang memiliki seribu bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya