Klaten (Espos)–Tiga kecamatan di Kabupaten Klaten akan dijadikan sebagai pilot project penerapan teknologi lubang resapan biopori (LRB) dalam rangka melestarikan sumber daya air serta memroses sampah menjadi pupuk organik.
Demikian dikemukakan, Kasubbid Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan pada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Klaten, Kristanto Eko Yuwono saat ditemui Espos di sela-sela kesibukannya, Selasa (16/2).
Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian
Menurut Kristanto, LRB adalah lubang yang dibuat dalam tanah dengan kedalaman sekitar 100 centimeter (cm) dan berdiameter 10-30 cm. Dia melanjutkan, lubang tersebut nantinya akan diisi oleh sampah organik sebagai sumber makanan fauna dalam tanah.
Dengan adanya sampah organik di dalam tanah akan memicu munculnya biopori atau terowongan-terowongan kecil di dalam tanah karena aktivitas fauna. Adapun ketiga kecamatan yang akan menjadi pilot project itu adalah Klaten Utara, Klaten Tengah, dan Klaten Selatan. “Penerapan teknologi biopori itu dimaksudkan untuk melestarikan sumber air serta memroses pembuatan pupuk organik,” tutur Kristanto.
Lebih lanjut, Kristanto menjelaskan pada Kamis (18/2) nanti, pihaknya akan menggelar sosialiasi penerapan teknologi biopori kepada perwakilan tiga pemerintah kecamatan (Pemcam) tersebut.
Menurutnya, penerapan teknologi biopori tidak lah rumit. Dia menjelaskan, untuk membuat lubang pada tanah diperlukan alat bernama bor biopori. Dikatakannya, saat ini pihaknya menyediakan 150 unit bor biopori yang akan diserahkan kepada tiga kecamatan yang bersangkutan.
Selain sebagai daerah resapan air, LBR, kata Kristanto juga bisa digunakan untuk mengurai sampah menjadi pupuk organik. Dia menjelaskan, dalam tiga bulan sampah organik yang terpendam dalam tanah akan diurai oleh fauna menjadi kompos.
m82
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
