Soloraya
Rabu, 8 Januari 2014 - 01:20 WIB

30 Lokasi Bakal Jadi Pengembangan Biogas Sragen

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - MANFAATKAN BIOGAS Seorang warga melihat kondisi instalasi biogas dari kotoran ternak sapi dan kerbau yang dikelola kelompok peternak Sendang Subur, Desa Lau, Dawe, Kudus, Jateng, Senin (6/1). Sejumlah warga mengaku selama dua tahun terakhir memanfaatkan biogas dari kotoran ternak untuk kebutuhan sehari-hari sehingga tidak membutuhkan gas elpiji. ANTARA FOTO/ Andreas Fitri Atmoko

Solopos.com, SRAGEN– Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen bakal mengembangkan pemanfaatan biogas untuk sekitar 30 titik potensial.

Kepala Bidang (Kabid) Amdal BLH Sragen, Lukas Gunawan, saat diwawancarai Solopos.com, Selasa (7/1/2014), mengatakan tahun ini ia menganggarkan dana sebesar Rp300 juta dari APBD 2014 untuk mengembangkan pemanfaatan biogas di dua kecamatan yaitu Plupuh dan Sukodono.

Advertisement

“Tahun ini kami mengembangkan biogas di Kecamatan Plupuh dan Sukodono. Ada sekitar 30 titik potensial yang akan menjadi sasaran nanti,” tegasnya.

Pengembangan biogas itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi alternatif agar masyarakat tidak terlalu bergantung dengan bahan bakar utama seperti elpiji. Mengingat setiap tahunnya selalu ada gejolak harga elpiji.

Hingga 2013 ini, di Kabupaten Sragen sudah ada ratusan pengguna aktif bahan bakar biogas yang terpusat di Masaran. Rata-rata memanfaatkan limbah tahu dan kotoran sapi sebagai bahan utama biogas.

Advertisement

Potensi biogas paling besar, lanjut Lukas, ialah yang menggunakan bahan bakar kotoran sapi dan limbah tahu. Selain karena nyala api lebih konsisten, limbah keduanya mudah sekali ditemui. Terutama di sejumlah wilayah yang biasanya memang menjadi pusat produksi tahu atau peternakan.

“Makanya tahun ini kami akan konsen di pemanfaatan biogas melalui kotoran hewan atau limbah tahu,” tegasnya.

Sementara itu, saat disinggung mengenai biogas berbahan lindi atau air sampah di TPA Tanggan, Kecamatan Gesi, yang mangkrak, Lukas mengatakan program itu merupakan proyek percontohan BLH. Mereka baru kali pertama menggunakan sampah sebagai bahan bakar alternatif sehingga masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi.

Advertisement

Mandengnya pengoperasioan biogas TPA Tanggan disebabnya kapasitas tabung disgester tidak mampu menampung air lindi atau air licit. Sesegera mungkin, pihaknya bakal menggandeng rekanan untuk memperbaiki biogas tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif