SOLOPOS.COM - Aktivitas jual beli di Pasar Hewan Wage di Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Kamis (9/3/2023). Harga sapi di Wonogiri anjlok beberapa waktu terakhir. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri belum berencana menutup pasar hewan meski ditemukan ada 327 kasus penyakit lumpy skin disease atau LSD di Kota Sukses sejak awal Februari 2023.

Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri, Sutardi, melalui Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Magdalena Pancaningtyas, mengatakan hingga Senin (13/3/2023) sapi yang dilaporkan positif LSD mencapai 327 ekor.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sebaran kasus tersebut ada di 17 kecamatan dari 25 kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Kendati demikian, Pemkab belum berencana menutup pasar hewan dalam waktu dekat ini.

“Para peternak sudah mengerti, mereka mulai menahan dan tidak menjual atau membeli sapi dulu di pasar. Pasar-pasar sapi di Wonogiri pun mulai sepi,” kata Tyas kepada Solopos.com melalui telepon Whatsapp, Selasa (13/3/2023).

Tyas menyebut meski pasar hewan tidak ditutup, petugas kesehatan hewan tetap memantau lalu lintas jual beli sapi di pasar-pasar hewan di Wonogiri untuk antisipasi persebaran LSD. Apabila mendapati hewan ternak yang dijual terindikasi terjangkit virus LSD, hewan tersebut tidak diizinkan untuk dijualbelikan.

Sebaliknya, pemilik hewan itu harus membawanya pulang. Hal itu seperti yang terjadi di Pasar Hewan Purwantoro pada Senin (13/3/2023) lalu. Petugas kesehatan hewan menemukan sapi dari Magetan, Jawa Timur, positif LSD.

Sapi itu kemudian diminta untuk diangkut kembali ke truk dan segera dibawa kembali ke Magetan untuk diobati. “Setiap pasar hewan ada petugas kesehatan hewan yang mengawasi. Sementara ini pasar tidak ditutup, tapi pengawasan lalu lintas jual-beli hewan dipantau terus. Kalau ada yang terkena LSD tidak boleh masuk pasar,” ujar dia.

Penularan Lebih Cepat Ketimbang PMK

Menurut Tyas, LSD bisa sembuh dengan cepat dalam waktu 3-4 hari jika terdeteksi saat nodul yang muncul di badan sapi belum terlalu banyak dan parah. Saat ini belum ada obat atau vaksin yang benar-benar manjur untuk penyakit yang baru ditemukan pada 2022 itu.

Pengobatan yang dilakukan dinas saat ini hanya menyesuaikan kondisi dan kebutuhan sapi. Tyas mengimbau peternak sapi di Wonogiri segera melapor ke petugas atau mantri hewan di setiap kecamatan jika mendapati sapinya terindikasi kena LSD.

Tyas menyebut penularan LSD ini cukup cepat dan mudah dibandingkan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang sempat menyerang sapi-sapi di Wonogiri pada 2022 lalu.

Sementara itu, dari pantauan Solopos.com di Pasar Hewan Pracimantoro yang buka setiap pasaran Wage, Kamis (9/3/2023), masih ada aktivitas jual beli. Namun, sejumlah pedagang menyebut harga sapi beberapa waktu terakhir turun yang diduga gara-gara ada kasus LSD.

Pemilik Warung Makan Mbah Min di Pasar Hewan Pracimantoro, Mukimin, pun mengakui sejak sebulan terakhir kondisi pasar hewan di Pracimantoro tidak seramai biasanya. Menurut dia, hal itu karena ada penyakit LSD yang beberapa kali ditemukan di pasar tersebut.

Sementara itu, Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, saat dihubungi Solopos.com, Selasa siang, mengatakan belum dapat merespons terkait kebijakan penutupan pasar hewan menyusul munculnya kasus LSD di Wonogiri. Hal tersebut karena Jekek, sapaan akrabnya, sedang memimpin kegiatan internal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya