SOLOPOS.COM - Ribuan ekor ikan jenis nila mengapung di keramba di perairan WKO wilayah Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, karena terkena dampak upwelling, Minggu (1/1/2023). (Istimewa/Pemdes Ngargosari)

Solopos.com, SRAGEN — Fenomena upwelling di perairan Waduk Kedung Ombo (WKO) Sragen berdampak buruk bagi sedikitnya 10 nelayan di Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Sragen. Fenomena tersebut mengakibatkan 35 ton ikan petani di keramba mati. Bangkai-bangkai ikan itu sebagian dikubur dan sebagian diberikan kepada peternak lele untuk pakan.

Ketua Kelompok Budi Daya Ikan Temu Karya Dukuh Ngasinan, Desa Ngargotirto, Muslim, mengungkapkan total nelayan keramba di Ngargotirto sampai 130 orang. Mereka terbagi atas sektor utara dan sektor selatan. Kebanyakan nelayan yang terdampak upwelling ada di sektor utara sekitar 10 orang, terutama nelayan keramba yang besar-besar.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Kumulatif ikan yang mati karena upwelling itu mencapai 35 ton. Dari sekian banyak itu ikan yang mati itu, 70% di antaranya sudah siap panen. Nominal kerugiannya senilai Rp28 juta-Rp30 juta per ton,” jelas Muslim saat dihubungi Solopos.com, Senin (2/1/2023).

Itu artinya total kerugian nelayan diakumulasikan bisa sampai Rp1 miliaran. Muslim menerangkan sebagian ikan yang mati dikubur dan sebagian diberikan kepada peternak lele atau patin untuk pakan. Dia mengatakan ikan mati kemarin namun baru ketahuan hari ini maka kondisinya sudah membusuk.

Lebih jauh Muslim mengungkapkan nelayan sebenarnya sudah memahami fenomena upwelling yang biasa terjadi di Januari. Mereka pun sudah berusaha untuk mengantisipasinya namun tak sepenuhnya berhasil.

“Pada Januari ini oksigen dalam air drop sampai nol akibat air dingin. Mau digeser ke mana-mana ya sama saja dan akibatnya ikan mati. Nelayan keramba yang besar, petakannya padat ikan dan habis dipakan penuh biasanya susah tertolong. Selain Januari, biasanya Agustus itu bulan upwelling dan Desember juga waspada,” jelasnya.

Muslim sendiri hanya punya 10 petak keramba di sektor utara. Dia mengaku terdampak dengan fenomena alam itu tetapi tidak banyak.

Ikan para nelayan di WKO ini biasa dipasarkan ke Solo, Jogja, Klaten, Semarang, dan Jawa Timur. Setiap hari ada permintaan ikan terutama untuk memasok pasar di Solo.

Sekretaris Desa Ngargotirto, Lilik Purnomo, mengatakan biasanya ikan-ikan yang mati akibat upwelling itu dikubur karena tidak bisa diolah. Ikan yang mati tidak bisa bertahan karena dalam sehari sudah berbau dan berpotensi timbul penyakit baru.

“Kalau ada yang punya lele bisanya dikasihkan ke lele. Kalau tidak ya dikubur semua. Kerugiannya bisa sampai miliaran rupiah. Dulu satu tempat itu bisa rugi Rp500 juta-Rp1 miliar,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya