SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO—Empat bakal calon Wali Kota Solo dan wakil wali kota 2024-2029 membicarakan visi mereka tentang budaya dalam diskusi bertajuk Sarasehan Demokrasi di Ndalem Kartodiharjan, Kerten, Laweyan, Solo pada Selasa (18/6/2024). Empat bakal calon itu adalah Astrid Widayani, Her Suprabu, Sekar Tandjung, dan Muchus Budi Rahayu.

Astrid mengatakan budaya Kota Solo harus dipandang sebagai nilai. Nilai yang dimaksud mulai dari kebiasaan, moral, dan sopan santun. Dia mengatakan perlu menjaga nilai budaya yang sudah ada itu.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Untuk menjaga nilai budaya ini, ya sampai kapanpun orang jawa jangan kehilangan kejawaannya,” kata dia dalam diskusi itu, Selasa.

Selain itu, budaya berupa bangunan fisik juga perlu dijaga. Dia mengatakan banyak bangunan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Meski begitu bukan berarti dirinya anti terhadap inovasi dan perubahan. Modernitas satu kota sudah menjadi keniscayaan.

“Solo sebetulnya sudah modern sejak zaman dulu. Jadi saya tidak khawatir ke depannya Kota Solo akan berkembang misalnya menjadi kota AI,” kata dia.

Senada, Her Suprabu mengatakan Kota Solo memiliki sejarah yang sangat panjang. Setidaknya dimulai dari kepindahan Keraton Kartasura ke Solo. Menurut dia,  sekurang-kurangnya nilai-nilai budaya Kota sudah ada sejak masa itu.

Her Suprabu mengatakan nilai-nilai budaya di masa lalu itu harus dibawa untuk membangun kota hari-hari ini. “Untuk itu visi kami adalah Solo modern, Solo berbudaya,” kata dia.

Menurut dia, tidak bisa dipungkiri bahwa Kota Solo harus terus berkembang mengikuti zaman agar bisa lebif adaptif terhadap kemajuan. Namun, dia menegaskan tidak boleh meninggalkan statusn Solo sebagai Kota Budaya.

“Nilai-nilai budaya, kultur, atau adat istiadat itu tidak boleh hilang. Nah untuk mewujudkan itu kita berharap ada partisipasi masyarakat,” kata dia.

Sedangkan Sekar Tandjung mengatakan budaya Jawa yang menjadi inti dari budaya di Solo harus menjadi dasar pembangunan kota. Untuk itu dia menawarkan empat visi yakni budaya sebagai dasar ekonomi, teknologi, pendidikan, dan kesejahteraan.

Misalnya Sekar mengatakan perlu adanya pemugaran cagar budaya untuk aktivitas ekonomi. Dia mengatakan dalam hal ini perlu kolaborasi dari pemerintah dan swasta.

“Cagar budaya ini bisa menjadi aset kota, daya tarik wisata, dan bisa menjadi sumber mata pencaharian. Ini juga bisa digunakan untuk mengembangkan UMKM kuliener dengan tetap menjaga keasliannya,” kata dia.

Dari sisi teknologi, dia mengatakan perlu adanya akselerasi dengan menggunakan teknologi virtual reality untuk mengeksplor tempat-tempat di Solo seperti Keraton, Mangkunegaran, Pasar Gede, dan lainnya.

Sedang dari sisi pendidikan, menurutnya nilai-nilai budaya Solo perlu diajarkan kepada anak-anak. Sehingga bisa membentuk perilaku dan adab yang luhur.

“Dan yang terakhir budaya dan kesejahteraan ini berfokus ke kampung-kampung seperti Kauman, Laweyan, serta Baluwarti agar kegiatan kebudayaan bisa mensejahterakan komunitas sekitar,” kata dia.

Lalu bagi Muchus BR mengatakan kebudayaan dalam konteks pembangunan kota harus terus berkesinambungan. Sebab seperti yang sudah disinggung di awal, Kota Solo memiliki sejarah yang panjang.

“Kesinambungan ini yang kurang dipahami oleh pemerintah kota, karena lebih menitik beratkan ekonomi. Padahal budya menjadi pembeda dengan yang lain,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya