SOLOPOS.COM - Korban keracunan massal dievakuasi ke RSUD Wonogiri dari Gedung PGRI, Selasa (24/10/2017). (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)

Sebanyak 43 guru peserta workshop Dinas Pendidikan Wonogiri mengalami keracunan.

Solopos.com, WONOGIRI — Jumlah guru PAUD dan TK yang menjadi korban keracunan massal di acara Workshop Peningkatan Mutu Pendidikan di Gedung PGRI Wonogiri, Senin-Selasa (23-24/10/2017), mencapai 43 orang. Para korban yang tidak terdaftar dalam program BPJS kesehatan, biaya perawatannya akan ditanggung penyedia katering.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, ketika ditemui Solopos.com, Rabu (25/10/2017) siang, mengatakan pembiayaan pasien keracunan massal sedang dikoordinasikan dengan sejumlah pihak. Pemkab Wonogiri juga turun tangan memfasilitasi semua pihak yang terlibat dalam kejadian itu.

Dia mengapresiasi tindakan medis yang cepat untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Menurutnya, harus ada pihak yang bertanggung jawab dengan kejadian tersebut. Keterangan dari semua pihak baik penyedia katering, penyelenggara, dan lainnya didahulukan sebelum meminta pertanggungjawaban terhadap satu pihak.

“Kami minta klarifikasi dulu ada faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya itu [keracunan masal], setelah itu baru minta pertanggungjawaban,” kata bupati yang akrab disapa Jekek itu kepada Solopos.com di Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Rabu (25/10/2017).

Terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri, Suprio Heryanto, menambahkan dari 43 pasien keracunan makanan itu, sebagian sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, termasuk dua orang yang sedang hamil. Menurutnya, sebagian besar pasien yang merupakan guru TK itu sudah terdaftar dalam program BPJS.

“Kalau ada yang tidak terdaftar BPJS nanti ditanggung pemilik katering,” imbuhnya.

Menurutnya, pemeriksaan sampel muntahan atau sisa makanan pada Senin (23/10/2017) tidak didapatkan sehingga pemeriksaan di laboratorium kurang representatif. Namun dia mengungkapkan Dinkes mencurigai penyebab keracunan itu dari daging rendang atau ayam dan gudeg dari makanan yang disajikan.

Pemilik katering, Siti Muslihah, 60, mengatakan siap menanggung biaya pengobatan yang tidak ditanggung BPJS atau program kesehatan lain. Dia juga menjenguk para pasien pada Selasa malam ke sejumlah rumah sakit.

Pada Rabu siang, dia juga melakukan kunjungan ke rumah korban yang sudah diperbolehkan pulang. “Kebanyakan dari mereka adalah teman-teman saya. Ini menjadi beban bagi saya. Tadi malam saya kunjungi, mereka justru berpesan agar saya tabah menghadapi cobaan ini,” kata Siti di rumahnya.

Guru TK yang akan pensiun itu dalam dua bulan mendatang itu tidak menerima pesanan katering untuk sementara waktu setelah adanya keracunan masal. Meski begitu, pemesanan yang sudah terlanjur diterima bakal tetap dilayani dan jika pemesan ingin membatalkan dia tidak keberatan.

Usaha katering yang dijalani sejak 2000 itu hingga saat ini sudah terbiasa melayani pemesanan hingga 4.000 kotak nasi. Menu yang disajikannya juga bermacam hingga sembilan menu pilihan.

Menu makanan yang dihidangkan di Gedung PGRI, Senin kemarin, yakni nasi padang. Dia mengaku setiap sarapan dan makan siang selalu makan makanan yang sama dengan makanan pesanan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya