SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Puji Astuti, saat diwawancara Espos di kantornya, Jumat (9/12/2022). Ia mengatakan orang yang merokok, jual-beli, dan mengiklankan rokok di Kawasan Tanpa Rokok (KTR) akan mendapatkan sanksi. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mendata ada 44 suspek campak yang terdeteksi di Kota Susu hingga Selasa (14/2/2023). Dinkes masih menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan mereka positif atau negatif campak.

“Jadi memang ada 44 suspek, untuk hasilnya kami masih menunggu hasil lab di Yogyakarta. Sampai saat ini tidak ada tambahan suspek,” kata Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, saat dijumpai Solopos.com, Selasa (14/2/2023).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Temuan suspek campak itu, beber Puji, dari beberapa puskesmas yakni Musuk, Ampel, Boyolali I dan II, Nogosari, Simo, Wonosegoro, Andong. Kemudian juga dari RS PKU Aisyiyah Boyolali, RSUD Pandan Arang Boyolali, dan Dinkes Sukoharjo yang menemukan suspek warga Banyudono.

Ia juga mengungkapkan pada 2021 terdapat dua anak suspek campak di Boyolali akan tetapi hasilnya negatif. Kemudian, pada 2022 ada sembilan suspek dengan empat positif campak. “Sisanya yang lima masih menunggu hasil lab, tapi bisa berarti kemungkinan itu enggak [positif],” katanya.

Ia mengungkapkan gejala campak hampir mirip dengan gabagen yaitu panas diikuti bercak-bercak merah pada kulit. Untuk pencegahan penyakit campak, jelas Puji, bisa dengan melaksanakan imunisasi rutin dan juga selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Kemarin waktu [pandemi] Covid-19 vaksin untuk campak sempat kosong karena kegiatan berkerumun juga dihindari. Sehingga anak-anak yang lahir pada 2020 dan 2021 termasuk kurang beruntung, vaksin waktu itu ngejar Covid-19, jadi vaksin rutin terabaikan,” kata dia.

Ia mengatakan tidak ada imunisasi rutin campak pada 2020 dan 2021. Karena itu lah, Puji mengungkapkan pada 2022 dan 2023 terjadi lonjakan suspek kasus campak di Boyolali. Pada 2022 tim surveilans Dinkes Boyolali mulai melakukan pengawasan untuk anak-anak yang terlambat imunisasi campak.

“Pada 2022 kami juga mulai fokus ke program Kejar Vaksin karena konsentrasinya sudah tidak hanya di Covid-19 tapi juga program imunisasi yang lain. Salah satunya campak yang bisa dijaga dengan program imunisasi, jadi kami kejar terus,” kata dia.

Ia mengungkapkan campak memang bisa sembuh, akan tetapi jika tidak segera diobati dapat menyebabkan fatalitas karena bisa menjadi komplikasi. Puji menyerukan kepada warga yang anak-anaknya belum imunisasi campak untuk segera datang ke Puskesmas terdekat.

“Sekarang persediaan untuk vaksin campak sudah ada, jadi monggo. Imbauannya, karena ini itu virus, jadi tetap seperti masa Covid-19 kemarin, PHBS-nya diperbaiki, termasuk sanitasi. Jangan lupa imunisasi juga,” kata dia.

Sementara itu, cakupan Imunisasi Measles Rubella (MR) di Kabupaten Boyolali berdasarkan data Dinkes pada 2021 sebesar 94,1 persen dan pada 2022 terdapat 105,5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya