Soloraya
Selasa, 14 Maret 2023 - 17:57 WIB

49 Siswa SD Santa Laurensia ke De Tjolomadoe, Belajar Sejarah Produksi Gula

Dhima Wahyu Sejati  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah siswa SD Santa Laurensia outing class di De Tjolomadoe, Selasa (14/3/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Sebanyak 49 siswa SD Santa Laurensia, Alam Sutera, Tangerang Selatan melaksanakan outing class di De Tjolomadoe, Selasa (14/3/2023).

Para siswa datang ke Solo menggunakan moda transportasi pesawat ini tiba sekitar pukul 16.00 WIB. Para siswa yang mengenakan kaus hijau itu langsung disambut oleh pemandu wisata.

Advertisement

Anak-anak nampak antusias dan langsung mengeluarkan buku untuk mencatat penjelasan pemandu wisata. Tidak hanya sejarah pabrik gula, mereka juga diperkenalkan proses pembuatan gula pada masa lalu.

Educational Adventure Trip SD Santa Laurensia, Maria Luisa Retna, mengatakan kunjungan pabrik gula ini bertujuan memperkenalkan ke siswa tentang sejarah peredaran gula khususnya di Solo.

Advertisement

Educational Adventure Trip SD Santa Laurensia, Maria Luisa Retna, mengatakan kunjungan pabrik gula ini bertujuan memperkenalkan ke siswa tentang sejarah peredaran gula khususnya di Solo.

“Memang ingin memperkenalkan ke anak-anak salah satu pabrik gula yang didirikan oleh pribumi. Jadi mereka agar tahu gula-gula yang ada sekarang itu ada rintisannya,” kata dia. 

Tidak hanya itu, menurut dia, kota Solo memiliki banyak hal yang bisa dipelajari. Tidak selalu soal sejarah kota, namun juga mengenai kebudayaan dan agrikultur.

Advertisement

“Malah nanti anak-anak juga belajar langsung atau semacam workshop tari tradisional dan menulis aksara Jawa. Itu juga bagian dari belajar budaya yang ada di Solo,” ujar dia. 

Dilansir dari puromangkunegaran.com, memang pabrik gula ini memiliki sejarah panjang. Pabrik ini merupakan satu-satunya milik pribumi atau lebih tepatnya dibangun oleh K.G.P.A.A. Mangkunegoro IV (1853-1881), pada 8 Desember 1861 di Desa Malangjiwan. 

Semangat awal membangun industri perkebunan tebu lantaran gula merupakan ekspor yang waktu itu sedang naik di pasaran internasional. Apalagi tebu juga sudah biasa ditanam di tanah milik Mangkunegaran. 

Advertisement

“Ketika itu biaya pembangunan Colomadu mencapai f400.000 yang salah satu sumber modalnya berasal dari keuntungan perkebunan kopi milik Praja Mangkunegaran,” seperti yang tertulis di puromangkunegaran.com, dikutip Solopos.com, Selasa (14/3/2023).

Sementara itu nampak pula di dalam pabrik dipamerkan berbagai alat berat untuk mengolah gula. Beberapa siswa SD Santa Laurensia nampak kagum sembari mengabadikannya dengan kamera. Menurut sejarah, peralatan produksi gula itu didatangkan langsung dari Eropa. 

Seperti namanya, pada masa kejayaanya pabrik ini berhasil menyumbang pendapatan yang cukup besar. Mangkunegoro IV memberi nama Pabrik Gula Colomadu yang artinya gunung madu. Nama itu tersirat makna harapan agar kehadiran pabrik gula menjadi simpanan kekayaan dalam bentuk gula pasir yang menyerupai gunung.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif