Solopos.com, KARANGANYAR – Tri Setiawan, menggantungkan hidup dari pekerjaannya sebagai sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas) di perlintasan KA Dagen, Jaten, Karanganyar. Setiap hari, dia melakoni pekerjaan berbahaya bahkan menantang maut di perlintasan KA Dagen JPL 107.
Setiap harinya, Tri Setiawan mengaku mendapatkan penghasilan sebanyak Rp100.000 dari uang recehan yang diberikan pengendara. Meskipun pekerjaannya cukup berbahaya, dia mengaku tetap semangat melakoninya.
Tri Setiawan yakin semua kejadian di jalan yang membahayakan merupakan takdir Tuhan yang tak terelakkan. Jadi, dia pun menjalani pekerjaannya dengan ikhlas dan penuh semangat.
“Kalau bahaya memang, tapi itu kan takdir. Yang terpenting bagaimana niatnya saja. Saya kan di sini ingin membantu saja. Jadi kalau ditanya apakah menikmati profesi ini ya iya, saya bisa bertahan lima tahun melakoninya,” terang dia saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (7/2/2020).
“Kalau bahaya memang, tapi itu kan takdir. Yang terpenting bagaimana niatnya saja. Saya kan di sini ingin membantu saja. Jadi kalau ditanya apakah menikmati profesi ini ya iya, saya bisa bertahan lima tahun melakoninya,” terang dia saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (7/2/2020).
Keberadaan Tri Setiawan dan supeltas lainnya dinilai sangat membantu. Penjaga pintu perlintasan JPL 107 Dagen, Tony Himawan, mengakui keberadaan Tri Setiawan yang mengatur laju kendaraan di perlintasan KA itu sangat membantu pekerjaannya.
Pasalnya, saat kereta api akan melintas, Tony Himawan tidak bisa sekaligus memperhatikan banyaknya kendaraan yang mengantre melintasi rel. Sehingga, dia merasa senang ada orang yang mendedikasikan diri mengatur lalu lintas.
Tony Himawan menambahkan, seringkali ada pengendara yang nekat lewat di saat palang sudah diturunkan. Hal tersebut jelas amat berbahaya bagi pengendara lantaran bisa saja tersambar kereta yang melintas.
“Beberapa kali pas tidak ada yang mengatur banyak yang nekat saat kereta akan melintas. Apalagi kalau ada kereta mau melintas saya kan tidak tahu sudah sampai mana karena ada titik buta. Kalau ada yang mengatur mereka bisa melihat langsung kereta sudah sampai mana dan memperingatkan pengendara,” beber dia.
Diberitakan sebelumnya, Tri Setiawan telah lima tahun menjadi supeltas. Setiap hari dia berjaga di perlintasan KA Dagen untuk mengatur lalu lintas.
Tri Setiawan mengaku tidak punya pekerjaan tetap selain menjadi supeltas. Meski demikian, dia senang melakoni pekerjaan tersebut tanpa memikirkan imbalan yang diterima.
“Dulu sempat jadi kuli bangunan, sampai saat ini kalau ada yang meminta ya saya iyakan. Tapi kalau bilang profesi ya hanya mengatur kendaraan ini saja kegiatan sehari-hari saya. Tidak ada pekerjaan tetap lainnya. Untung saya dibantu istri yang punya usaha kuliner kecil-kecilan,” terang dia.
Menjadi supeltas yang berjaga di perlintasan KA Dagen, Jaten, Karanganyar, merupakan panggilan hati bagi Tri Setiawan. Dia dengan sigap membantu pekerjaan penjaga perlintasan agar potensi kecelakaan dapat ditekan sehingga tidak ada kasus kendaraan yang tersambar kereta api.
“Sebenarnya dulu itu ada yang mengatur tapi bukan orang sini, entah kenapa tiba-tiba tidak kemari lagi mengatur jalan. Kemudian saya inisiatif masuk membantu kendaraan ini agar lebih teratur dan tidak terjadi kecelakaan. Soalnya jalannya sempit hanya cukup untuk satu kendaraan saja. Kalau semua nekat malah berbahaya,” jelasnya.