Soloraya
Jumat, 15 September 2023 - 09:02 WIB

5 Tahun Tutup, TNGM Kaji Pembukaan Jalur Pendakian Merapi Via Selo & Sapuangin

Nimatul Faizah  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gunung Merapi dilihat dari Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, belum lama ini. (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI — Dua jalur pendakian Gunung Merapi via New Selo dan Sapuangin telah ditutup sejak 2018. Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) masih akan mengkaji terkait pembukaan jalur tersebut.

Ihwal pengkajian pembukaan jalur pendakian Gunung Merapi tersebut disampaikan oleh Kepala Balai TNGM, Muhammad Wahyudi. Ia menjelaskan jalur pendakian Gunung Merapi hanya ada dua, yaitu via New Selo di Boyolali dan Sapuangin di Klaten

Advertisement

Ia mengungkapkan penutupan jalur pendakian sejak 2018 atas rekomendasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta. Pada saat itu, aktivitas Merapi meningkat dan masih berlangsung setelah lima tahun berlalu.

Wahyudi menyampaikan TNGM melakukan kajian terkait pembukaan karena beberapa asosiasi pendaki pernah menghubungi balai terkait pembukaan jalur pendakian.

“Kami harus mengkaji kembali karena ini sudah lima tahun ya. Dilihat, apa memang perlu tetap harus dilanjutkan penutupan atau mungkin akan dilihat pendakiannya ini mungkin dilakukan dengan pembatasan khusus atau di tempat-tempat khusus,” kata Muhammad Wahyudi, Kamis (14/9/2023) sore.

Advertisement

Wahyudi mengaku telah menyampaikan ke BPPTKG jika pihaknya akan mengkaji kembali penutupan-penutupan pendakian yang ada di TNGM. Ia mengungkapkan kajian pembukaan kembali jalur pendakian Merapi akan dilakukan bersama dengan BPPTKG.

Saat ditanya kapan jalur pendakian Selo dan Sapuangin akan dibuka dalam waktu dekat, Wahyudi mengatakan masih menunggu koordinasi dengan BPPTKG.

Terkait kondisi jalur pendakian Merapi yang ditutup selama lima tahun, Wahyudi mengungkapkan tidak ada pembersihan rutin. Ia menyampaikan jika diadakan pembersihan rutin, maka orang akan mengartikan jika pendakian diperbolehkan.

“Yang boleh naik itu hanya petugas, termasuk untuk pengecekan alat-alat BPPTKG. Penelitian dan lain sebagainya tidak diizinkan,” kata dia.

Advertisement

Sebelumnya diberitakan, seorang warga negara asing (WNA) asal Spanyol. Denise del Carmen, 37, tersesat saat mendaki secara ilegal ke Merapi pada Rabu (14/9/2023). Ia berangkat mendaki pada Rabu pukul 10.00 WIB, kemudian tersesat saat ingin kembali pada sore hari.

Ia harus bermalam di Gunung Merapi tanpa peralatan berkemah dan hanya mengandalkan alat terbatas, seperti selimut penyelamat, senter, powerbank, dan makanan-minuman seadanya.

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Boyolali-Klaten TNGM, Ahmadi, mengungkapkan informasi terkait penutupan pendakian sebenarnya telah disebar di media sosial (medsos) bahkan papan informasi di jalur pendakian New Selo maupun Sapuangin.

Ia menjelaskan beberapa pendaki yang hendak naik ke Merapi, TNGM sempat memberitahukan untuk tidak naik. Ahmadi mengakui pada kejadian pendaki ilegal asal Spanyol TNGM terlewat untuk mengingatkan.

Advertisement

“Kebetulan pendaki dari Spanyol ini bertemu dengan orang yang memberikan penjelasan kurang tepat sehingga beliau tetap naik ke atas. Kejadiannya, tadi malam mungkin menginformasikan kesulitan untuk turun karena disorientasi dan kondisi fisik yang sudah melemah,” kata dia.

Lebih lanjut, Ahmadi menjelaskan pada Kamis pagi, TNGM menerima informasi secara formal dari masyarakat dan juga diverifikasi melalui kamera closed circuit television (CCTV) BPPTKG pada Kamis pukul 08.45 WIB, WNA tersebut terdeteksi berada di titik Pasar Bubrah.

Ahmadi menjelaskan, bersamaan dengan waktu itu, wanita Spanyol tersebut menghubungi pihak asuransi dan menyampaikan jika butuh pertolongan juga menghubungi SAR Solo serta berkoordinasi dengan TNGM. Sehingga, pada Kamis pagi tim dari TNGM sekitar pukul 09.30 WIB menyusul ke titik bule Spanyol tersebut.

Setelah turun, tim penyelamat mengecek kesehatan dan Denise dalam keadaan sehat. Setelah melalui masa recovery, tim kemudian menggali keterangan dari bule Spanyol tersebut.

Advertisement

“Berdasarkan keterangannya memang tidak berencana mendaki sebagai perencanaan awal. Kemudian karena mendapati bisa tracking ke gunung dan menemui yang katanya boleh tapi tidak boleh sampai puncak, itu yang membuat dia tetap naik,” kata dia.

Ia mengungkapkan perempuan Spanyol juga mengaku tidak melihat papan informasi terkait larangan pendakian Gunung Merapi. Padahal, menurut Ahmadi posisi papan larangan mendaki sangat mudah dilihat.

Lebih lanjut, Ahmadi mengatakan yang dilakukan bule Spanyol tersebut melanggar karena ditutup tapi tetap naik mendaki. Ia menjelaskan Denise tahu, paham, dan menyesali apa yang telah dilakukannya.

“Kemudian kami juga menghapus semua dokumentasi yang ada di pendaki ini yang terkait dengan posisi jalur pendakian sampai di titik dan kembali lagi,” kata dia.

Selanjutnya, bule Spanyol tersebut juga membuat surat pernyataan tertulis tangan menyatakan jika menyesal atas perbuatannya yang naik ke Merapi, menghapus dokumentasi, dan tidak akan mengulang kembali.

Dalam kesempatan tersebut, Denise menyampaikan permintaan maafnya dan membaca surat pernyataan tersebut di depan para awak media.

Advertisement

“I, Denise Del Carmen, to declare hiking at Merapi Mountain illegally, because I have got wrong information about the closure of the track. I deleted the pictures and videos. I declare I won’t repeat again. [Saya, Denise Del Cermen, menyatakan bahwa mendaki Gunung Merapi secara ilegal karena saya mendapatkan informasi yang salah tentang penutupan jalur pendakian. Saya sudah menghapus gambar-gambar dan video-video. Saya menyatakan tidak akan mengulangi lagi],” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif