SOLOPOS.COM - Kebakaran di kawasan Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo, Minggu (19/2/2017). (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Penanganan musibah kebakaran sering kali terhambat lokasi rumah di gang sempit.

Solopos.com, SOLO — Dinas Pemadam Kebakaran Solo memetakan 50% kondisi lingkungan permukiman di Kota Solo padat penduduk dan berada di gang sempit. Akibatnya kerap mempersulit penanganan saat terjadi bencana kebakaran.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Solo Gatot Sutanto mengatakan kawasan padat penduduk tersebar di Kota Bengawan. Beberapa kawasan itu di antaranya wilayah Mojosongo, Baluwarti, Laweyan, Kauman, Semanggi, Jagalan, Gandekan, Sangkrah, Jajar, Bumi, Pajang, dan lainnya.

“Hampir semua kelurahan terdapat kawasan padat penduduk. Parahnya permukimannya di gang-gang sempit,” kata Gatot ketika berbincang dengan Solopos.com, Minggu (19/3/2017).

Kondisi tersebut kerap mempersulit upaya penanganan kebakaran. Seperti halnya kasus kebakaran di wilayah Baluwarti yang menyebabkan dua korban jiwa. Lokasi kebakaran berada di lingkungan padat dan akses jalan kecil sehingga mobil pemadam kebakaran kesulitan saat akan melakukan upaya pemadaman.

“Supaya penanganan kebakaran bisa cepat diatasi, ke depan kami akan mengusulkan untuk membuat hydrant di sejumlah kawasan padat penduduk,” katanya.

Tak hanya itu Pemkot juga berencana menyiapkan alat pemadam api ringan (APAR) di tiap RW. Satu RW minimal memiliki satu APAR yang bisa digunakan untuk penanganan pertama kebakaran.

Ke depan penyediaan APAR akan dilanjutkan hingga ke tingkat RT, yaitu satu RT memiliki satu APAR. Tahun ini, Pemkot baru menyerahkan bantuan satu unit APAR untuk masing-masing kelurahan.

“Nanti kami akan menggandeng CSR [social corporate responsibility] untuk bantuan APAR ke tiap RW, bahkan nanti tiap RT,” katanya.

Merujuk data, tren kasus kebakaran di Kota Solo menurun dari tahun ke tahun. Pada 2015, jumlah kasus kebakaran mencapai 75 kasus. Pada 2016 menurun menjadi 59 kasus dengan korban meninggal dunia satu orang.

Sementara Januari 2017 terjadi delapan kasus kebakaran, Februari tiga kasus, dan Maret dua kasus. Namun, jumlah korban jiwa akibat bencana kebakaran di tahun ini ada dua orang. “Sebanyak 60 persen kebakaran karena hubungan pendek arus listrik [korsleting],” katanya.

Guna mengantisipasi kebakaran tersebut, Gatot mengaku terus memberikan sosialisasi dan simulasi kebakaran. Simulasi kebakaran ini diberikan kepada ibu-ibu rumah tangga, instansi pemerintahan, swasta, dan masyarakat.

Tujuannya memberikan pengetahuan dan keahlian tentang teknik-teknik pencegahan dan penanggulangan kebakaran. “Supaya kasus kebakaran di Solo ini terus menurun,” katanya.

Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo mengatakan akan mengajukan anggaran untuk pengadaan hidran di lingkungan padat penduduk. Pemasangan hidran dilakukan sebagai upaya penanganan cepat bencana kebakaran terutama di lingkungan padat dan gang sempit yang tidak bisa dijangkau mobil pemadam kebakaran.

“Kami juga masih butuh lagi mobil pemadam kebakaran untuk gedung bertingkat. Saat ini baru punya satu mobil pemadam khusus gedung bertingkat, tapi hanya untuk ketinggian 22 meter atau empat lantai,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya