SOLOPOS.COM - Seorang aktivis Yayasan Setara Semarang Yuli Sulistiyanto memberikan materi dalam pelatihan Sekolah Ramah Anak di Aula Oproom Setda Sragen, Kamis (17/3/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 507 dari 1.626 sekolah (31,18%) mulai jenjang pendidikan usia dini (PAUD) sampai SMA di Kabupaten Sragen belum ramah anak.

Untuk mendorong sekolah ramah anak, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Sragen menggelar pelatihan sekolah ramah anak (SRA) di Aula Oproom Sekretariat Daerah (Setda) Sragen, Rabu-Kamis (16-17/3/2022). Acara ini diikuti perwakilan 45 sekolah dari jenjang PAUD-SMA. Dalam pelatihan itu, DP2KBP3A Sragen menghadirkan narasumber dari Yayasan Setara Semarang, Yuli Sulistiyanto.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala DP2KBP3A Sragen, Udayanti Proborini, menjelaskan sudah ada 1.119 sekolah atau 68,82% yang mendapat predikat SRA. Perinciannya TK/PAUD sebanyak 663 sekolah, SD/MI 371 sekolah, SMP/MTs 81 sekolah, dan SMA baru empat sekolah.

Baca Juga: Keren! Sukoharjo Jadi Percontohan Nasional PAUD Ramah Anak

Udayanti menyampaikan pelatihan SRA itu bagian dari upaya dinas mendorong sekolah supaya menjadi SRA. “Untuk menjadi SRA itu memang syaratnya banyak karena ada indikator-indikator yang harus dipenuhi. Misalnya sekolah tanpa kekerasan, pembelajaran yang responsif terhadap anak, sarana dan prasarana yang ramah anak, toilet yang terpisah antara perempuan dan laki-laki, sekolah sehat, dan sekolah adwiyata,” jelas Udayanti.

Masih banyaknya sekolah yang belum ramah anak itu kemungkinan disebabkan belum bisa memenuhi beberapa persyaratan. Untuk menjadi sekolah ramah anak butuh komitmen yang kuat dari civitas sekolah untuk mengimplementasikan SAR dalam segala aktivitas. “Kami akan upayakan secepatnya agar semua sekolah bisa menjadi SRA,” katanya.

Kabid Pembinaan SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Sukisno, mengakui masih ada sekolah yang belum ramah anak. Dia menjelaskan menjadi sekolah ramah anak tidak sekadar soal pemenuhan fasilitas. Tetapi bagaimana sekolah itu menciptakan situasi dan kondisi yang nyaman bagi anak.

Baca Juga: Belum Ada Desa Ramah Anak di Karanganyar, Jatipuro Bakal Jadi yang Pertama

Untuk menciptakan kenyamanan bagi anak itu bisa dilakukan dengan membuat peraturan sekolah yang harus ditaati oleh guru, siswa, dan civitas sekolah lainnya.

“Misalnya dalam kegiatan tertentu itu dikemas supaya bisa bermanfaat bagi siswa dan guru. Setiap guru pun harus berperilaku yang ramah anak. Misalnya tidak merokok di lingkungan sekolah, dan seterusnya. Semua komponen sekolah harus memberikan kenyamanan bagi siswa (anak). Untuk mendukung SRA itu, Disdikbud memiliki program Pawiyatan Sakjeroning Taman,” jelasnya.

Sukisno menambahkan, program SRA ini menjadi unggulan Disdikbud agar sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswanya. Dia menduga sekolah yang belum ramah anak itu karena ketidaktahuan sekolah.

“Dulu itu sekolah ramah anak ditunjuk untuk deklarasi ramah anak. Semua sekolah mestinya siap menjadi sekolah ramah anak,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya