SOLOPOS.COM - Aktivis 98 Solo, Pujiyono (kiri), saat menjadi salah satu pembicara dalam Pertemuan Aktivis 98 Jogja Solo Semarang dengan tema Menyongsong Lahirnya Pemimpin Pemersatu Bangsa, Saatnya Aktivis Memacu Indonesia Maju, Senin (13/11/2023) di Kulonuwun Kopi Solo. (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO–Dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 sebanyak 204,8 juta, sekira 114 juta orang berusia 40 tahun ke bawah.

Artinya sekira 56% pemilih Pemilu mendatang generasi muda. Namun yang menjadi pertanyaan, ada sejumlah orang tua atau generasi tua yang tidak mau anak muda ambil bagian dalam kontestasi pemilihan Capres-Cawapres.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Demikian disampaikan aktivis 98 Solo, Pujiyono, saat menjadi pembicara Pertemuan Aktivis 98 Jogja Solo Semarang dengan tema Menyongsong Lahirnya Pemimpin Pemersatu Bangsa, Saatnya Aktivis Memacu Indonesia Maju, Senin (13/11/2023) di Kulonuwun Kopi Solo. Hadir dalam acara itu aktivis 98 dari Jogja dan Jawa Tengah (Jateng).

“Pada 2024, pemilihnya 204,8 juta, naik 50 juta. Dari 204 juta saya mencatat ada 114 juta orang under 40 tahun. Nah itu 56%-57%. Pertanyaannya ketika suara anak muda lebih dari 50%, kenapa orang-orang tua tidak ikhlas ketika anak muda ikut bermain. Pemilih 56% adalah anak muda. Kenapa para orang tua tidak ikhlas,” ungkap dia.

Bila alasannya karena politik dinasti, menurut Pujiyono tidak tepat. Sebab bila itu yang dimaksud, mestinya figur muda tersebut mendapatkan tiga privilege, yaitu saat pencalonan, pemilihan dan ketika menjabat.

Yang terjadi figur muda paling hanya mendapat privilege saat pencalonan. Yang bersangkutan tak mendapatkan dua privilege lainnya.

Justru, menurut Pujiyono, banyak tokoh partai politik (parpol) yang mendapatkan banyak privilege dalam setiap Pemilu.

Privilege itu jauh lebih banyak ketimbang yang didapat figur muda. “Yang under 40 tahun itu paling hanya mendapatkan privilege pencalonan. Privilege pemilihan kembali ke masyarakat. Juga privilege saat menjabat tergantung dia terpilih atau tidak,” ujar guru besar UNS Solo ini.

Situasi berbeda terlihat pada politikus yang menjabat sebagai Ketua DPR. Ketika pencalonan legislatif, yang bersangkutan menurut Pujiyono, akan mendapat nomor urut satu. Tak akan ada yang berani mengubah itu. Privilege Caleg yang menjabat Ketua DPR tak hanya saat pencalonan, tapi saat pemilihan dan menjabat.

“Kalau kita mau jujur ada yang mendapatkan privilege lebih dari yang under 40 tahun. Sehingga kalau kita bicara politik dinasti tidak akan selesai,” sambung dia.

Pujiyono menyimpulkan fenomena itu sebagai fakta yang sudah berlangsung dan dilakukan banyak politikus.Sehingga bila memperdebatkan hal tersebut tidak akan selesai dalam waktu lama.

“Bila kita memperdebatkan ini sehari, dua hari, sepekan, sebulan tidak akan pernah selesai,” tandas dia. Di sisi lain menurut Pujiyono isu utama Pemilu 2024 tidak akan lepas dari rekam jejak dan komitmen anti-korupsi.

Hal itu terkait dengan pemerataan pembangunan. Isu strategis lain terkait partisipasi atau peran serta generasi muda dalam pembangunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya