SOLOPOS.COM - PENANGANAN ANTRAKS -- Petugas kesehatan hewan mengambil sampel dari sapi yang mati mendadak di Sragen. Enam kecamatan di Sragen kini telah dinyatakan sebagai daerah endemik antraks. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Sragen (Solopos.com) – Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Sragen menetapkan enam kecamatan sebagai daerah endemis penyakit antraks berdasarkan munculkan kasus kematian sapi mendadak bercirikan serangan bakteri antraks antara 2010-2011.

PENANGANAN ANTRAKS -- Petugas kesehatan hewan mengambil sampel dari sapi yang mati mendadak di Sragen. Enam kecamatan di Sragen kini telah dinyatakan sebagai daerah endemik antraks. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sementara, Balai Besar Veteriner (BBVet) Jogja menyatakan hasil laboratorium kasus kematian sapi di Doyong, Kecamatan Miri dan Sambiduwur, Kecamatan Tanon negatif antraks.

Kepala BBVet Wates, Jogja, drh Ahmad Juaidi, dalam pesan singkat yang diterima Espos, Selasa (31/5/2011), menyatakan hasil laboratorium atas sampel yang diambil dari Desa Doyong, Miri dan Desa Sambiduwur, Tanon beberapa waktu lalu negatif antraks. “Sedangkan sampel dari Desa Saradan dan Plupuh masih dalam proses di laboratorium BBVet,” ujarnya.

Di wilayah Kecamatan Plupuh tidak ada kasus kematian sapi. Petugas Kesehatan Hewan Disnakkan Sragen, drh Agus Toto Tribuono, menerangkan di wilayah kecamatan tersebut terjadi sapi sakit. “Kami tetap mengambil sampel darah pada sapi sakit di Plupuh. Sampel itu kami kirim ke BBVet bersamaan dengan sampel darah dan kotoran sapi dari Desa Saradan, Karangmalang,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Disnakkan Sragen, Eka Rini, mengungkapkan ada enam kecamatan yang dinyatakan endemis serangan bakteri antraks, yakni Kecamatan Miri, Tanon, Gemolong, Sukodono, Gesi dan Karangmalang. Di enam kecamatan itu, terangnya, pernah terjadi kasus kematian sapi dengan ciri penyakit antraks sejak 2010-2011.

“Kami terus mewaspadai 14 desa di enam kecamatan itu. Upaya sosialisasi dan pengobatan massa terhadap ternak terus dilakukan. Terakhir tim petugas Disnakkan melakukan penyuntikan antibiotik terhadap hewan ternak di Desa Saradan. Penyuntikan massal juga dilakukan di daerah lain,” imbuhnya.

Dia mengimbau kepada masyarakat agar tidak menyembelih sapi mati mendadak, tidak mengonsumsi sapi mati mendadak, apalagi menjual dagingnya. Bagi para peternak sapi, ujarnya, tidak perlu cemas dan waswas karena Disnakkan mengantisipasi serangan antraks ini secara intensif dengan segala upaya.

Untuk kebutuhan obat-obatan, dia kembali menandaskan membutuhkan dana Rp 5 miliar untuk pengobatan massal di 20 kecamatan. Dia sudah meminta bantuan obat-obatan ke pemerintah pusat dan provinsi. Kekurangannya, lanjut dia, akan diminta anggaran ke APBD-Perubahan.

“Nilai Rp 5 miliar itu bukan dalam bentuk rupiah, tetapi bisa berbentuk obat-obatan. Dari pemerintah pusat dan provinsi akan mengirim bantuan obat-obatan, seperti antibiotik, vaksin, disinfektan dan sebagainya. Namun, jumlahnya berapa tidal apal, karena barangnya belum sampai. Nah, berdasarkan bantuan itu, kami bisa menghitung kekurangan obat-obatannya berapa. Kalau sudah cukup tidak perlu mengajukan anggaran di APBD Perubahan 2011,” tandasnya.

trh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya