SOLOPOS.COM - Ilustrasi bayi (Dok/JIBI)

Solopos.com KLATEN—Hingga September 2013, tercatat 62.588 balita di Klaten menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Dari jumlah tersebut, tiga balita di antaranya meninggal dunia.

Data yang dihimpun Solopos.com, di Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, 62.588 balita penderita ISPA itu hampir terjadi di seluruh kecamatan di Klaten. Dari jumlah tersebut, 1.507 balita diantaranya tergolong dalam penyakit pneumoniaa. Sedangkan, 61.081 balita sisanya menderita ISPA biasa atau tergolong dalam batuk bukan pneumoniaa.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Pemberantasan Penyakit Menular Langsung dan Penyakit Tidak Menular (P2ML dan PTM) Dinkes Klaten, Inayati Hasanah Evita Dewi, mengatakan pneumoniaa merupakan salah satu penyakit ISPA yang memiliki risiko kematian cukup tinggi. Penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri pneumokokus.

Penyakit pneumoniaa ini sangat rentan menjangkiti balita dibandingkan dengan usia dewasa. Risiko terkena penyakit ISPA maupun pneumonia ini lebih besar saat cuaca panas seperti sekarang.

“Penderita pneumonia biasanya memiliki ciri batuk, sesak nafas, nafas cepat, stridor atau ngorok, hidung kembang kempis dan tarikan dinding dada ke dalam pada bayi,” ungkapnya kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat (18/10). Menurutnya, penderita pneumoniaa harus segera mendapatkan perawatan medis agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

“Sampai September tahun ini ada tiga balita yang meninggal dunia karena pneumonia,” ungkapnya. Dari tiga balita itu, satu bayi di antaranya meninggal dunia saat berusia kurang dari satu tahun. Menurutnya, ketiga balita tersebut meninggal dunia setelah dirujuk ke rumah sakit.

Hal itu menandakan bahwa pengetahuan masyarakat tentang penyakit pnemonia ini masih kurang. Pihaknya selalu berusaha memberikan pengetahuan kepada masyarakat melalui Posyandu maupun bidan.

Sedangkan, hingga September, jumlah penderita ISPA di atas usia 5 tahun di Klaten ada 123.753 kasus. Dari jumlah itu, 938 di antaranya menderita pneumoniaa. Sedangkan, 122.815 sisanya menderita ISPA biasa atau bukan pneumonia.

Sementara, Kepala Dinkes Klaten, Ronny, mengatakan suhu udara yang meningkat menyebabkan penurunan kondisi tubuh karena tidak dimbangi dengan minum air yang cukup.  “Produksi keringat semakin bertambah karena suhu semakin panas. Hal itu menyebabkan  cairan tubuh banyak yang hilang dan daya tahan lemah. Virus pun menjadi semakin gampang masuk,” ungkapnya kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat.

Selain itu, sambunya, masyarakat akan semakin mudah terkena ISPA saat kondisi tubuh sedang tidak bugar. Untuk mengantisipasi penyakit ISPA, menurutnya, masyarakat harus memperbanyak minum air. “Usahakan untuk menghindari minum es,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya