SOLOPOS.COM - MKKS SMP se-Soloraya menggelar silaturahmi di Gedung Wongso Menggolo, Kecamatan Ceper, Rabu (4/1/2023). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENMusyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP se-Soloraya menggelar silaturahmi sekaligus menyamakan persepsi terkait implementasi kurikulum merdeka di Gedung Wongso Menggolo, Kecamatan Ceper, Klaten, Rabu (4/1/2023). Acara itu dihadiri ratusan kepala SMP serta Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) se-Soloraya.

“Jumlah total ada sekitar 500 peserta. Ini menjadi agenda MKKS se-Soloraya setiap semester dan kebetulan saat ini Klaten menjadi tuan rumah,” kata Ketua MKKS SMP se-Kabupaten Klaten, Kamidi, saat ditemui wartawan di sela kegiatan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kamidi menjelaskan kegiatan itu sekaligus untuk menyamakan persepsi antarkepala sekolah dan kabupaten terkait penerapan kurikulum merdeka. Pasalnya, belum semua kabupaten di Soloraya menerapkan kurikulum merdeka.

“Masih ada beberapa kabupaten yang belum menerapkan kurikulum merdeka. Masih menerapkan kurikulum 2013,” jelas Kamidi.

Klaten menjadi pilot project implementasi kurikulum merdeka di Soloraya. Dari total 65 SMP, ada 64 SMP di Klaten yang sudah menjalankan implementasi kurikulum merdeka.

Dari jumlah itu, ada sekitar 15 SMP yang menjadi sekolah penggerak. Hasil karya siswa dari belasan sekolah itu kemudian ditampilkan sebagai implentasi dari profil pelajar Pancasila.

Disinggung tantangan menuju implementasi kurikulum merdeka, Kamidi mengatakan salah satu kendala di beberapa sekolah, yakni belum siapnya para pendidik menghadapi perubahan kurikulum dari sebelumnya kurikulum 2013.

“Guna mewujudkan implementasi kurikulum merdeka itu butuh motivasi tinggi, mengembangkan pembelajaran sesuai paradigma baru serta sarana dan prasarana yang seimbang dibarengi dengan SDM,” kata dia.

Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten, Jajang Prihono, mengapresiasi keguyuban kepala SMP di Soloraya yang dinaungi melalui MKKS.

“Ini sesuatu yang luar biasa dan menjadi percontohan di Jawa Tengah. Paguyuban se-Soloraya ini menjadi tempat saling tukar pikiran dan informasi, tentunya terkait pembelajaran. Dari paguyuban ini bisa saling belajar untuk melihat kelebihan masing-masing,” jelas Jajang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya