SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Ilustrasi

Penyebaran virus HIV/ AIDS di Kota Bengawan kini sungguh mengkhawatirkan. Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (Spek HAM) Solo mencatat, dalam setahun terakhir jumlah korban infeksi HIV/ AIDS naik 300%.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Korban HIV/ AIDS selalu meningkat, tak tak pernah turun. Ini persoalan serius!” kata Divisi Urban Spek HAM Solo, Rahayu Purwa kepada Espos, Senin (6/6/2011).

Salah satu pemicu melonjakanya kasus HIV/ AIDS memang dipicu oleh aktivitas seks bebas. Di Kota Solo sendiri tercatat 700-an pekerja seks komersil (PSK) menjajakan tiap hari. Mereka yang tersebar di berbagai lokasi itu bahkan rutin melayani pelanggan dua kali dalam sehari.

“Artinya ada sekitar 1.400 orang berisiko tinggi terinfeksi HIV/ AIDS setiap hari,” terangnya.

Angka itu memang mencengangkan. Sebab, saban hari angka itu akan terus membengkak dan merayap hingga masuk ke rumah tangga.

Hingga bulan April 2011, jumlah korban terinfeksi HIV/ AIDS dari kalangan ibu rumah tangga bahkan telah mencapai 141 orang. Mereka ikut terkena HIV/ AIDS melalui kontak dengan suaminya yang suka “jajan”.

Kalangan laki-laki pelanggan lebih banyak lagi, yakni mencapai 242 orang positif HIV/ AIDS. Adapun yang karena pengaruh Narkoba suntik baru 78 orang. “Dan dari kalangan PSK sendiri hanya 58 orang. 13 orang lainnya dari kalangan Waria,” paparnya.

Penutupan kawasan Silir Semanggi sebagai pusat “jajan” barangkali memang simalakama. Sebab, di tengah upaya menekan aksi seks bebas, dampak penyebaran virus HIV/ AIDS kini justru kian meningkat.

Bahkan, penyebaran HIV/ AIDS saat ini cenderung sporadis mulai dari salon, rumah penginapan, panti pijat, dan ke hotel-hotel. “Kami setuju Silir dibuka kembali, namun bukan berarti melegalkan seks bebas. Melainkan, untuk mempermudah penanggulangan HIV/ AIDS,” jelasnya.

Pascapenutupan kawasan Silir, jelas Rahayu, banyak warga yang justru apatis atas keberada seks bebas di lingkungan mereka. Akibatnya, HIV/ AIDS bukannya berkurang, melainkan kian meroket jumlahnya.

“Makanya, penanggulangan HIV/ AIDS bukan semata tanggungjawab Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo. Melainkan, semua kalangan tak terkecuali RT/ RW,” paparnya.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo, kata Rahayu, juga harus turun tangan. Sebab, keberadaan hiburan-hiburan malam dan penginapan juga menjadi tempat penyebaran virus HIV/ AIDS, baik melalui jarum suntik atau seks bebas.

Terpisah, Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2L) Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Titiek Kadarsih menjelaskan bahwa salah satu upaya penanganan HIV/ AIDS ialah melalui penyuluhan hingga ke masyarakat tentang pemahaman yang utuh ikhwal bahaya HIV/ AIDS.

Selama ini, katanya, banyak masyarakat yang keliru menilai tentang korban HIV/ AIDS. “Ada yang menganggap virus HIV/ AIDS menular melalui jabat tangan atau mandi di kolam renang. Sehingga korban HIV/ AIDS malah dijauhi. Ini anggapan keliru di masyarakat,” terangnya.

(Aries Susanto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya