SOLOPOS.COM - Ilustrasi kulit sapi yang terserang LSD. (bbvetwates.ditjenpkh.pertanian.go.id).

Solopos.com, SRAGEN — Kasus penyakit lumpy skin disease (LSD) di Kabupaten Sragen terus melejit. Hingga Minggu (29/1/2023) sore, angka kasus LSD di Sragen mencapai 733 kasus.

Dari ratusan kasus itu 12 ekor di antaranya dinyatakan sembuh. Sedangkan tujuh ekor sapi lainnya mati.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen terus menggencarkan vaksinasi LSD. Dari stok vaksin LSD sebanyak 4.000 dosis, hingga Minggu sore tercatat sudah 3.047 dosis yang telah disuntikkan ke sapi sehat.

Penjelasan itu diungkapkan Pejabat Fungsional Medik Veteriner Ahli Muda Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Sragen, Ana Margaretha, kepada Solopos.com, Senin (30/1/2023). Ana memberikan data dari 733 kasus LSD itu, sebanyak 714 kasus di antaranya merupakan kasus aktif.

Kasus tertinggi, lanjut dia, masih di Sukodono dengan 147 kasus aktif. Kasus tertinggi kedua berada di Miri dengan 112 kasus aktif.

Selanjutnya, Mondokan 106 kasus. Kasus LSD yang muncul di daerah lainnya masih di bawah 100 kasus.

“Guna menekan LSD terus digiatkan vaksinasi. Ini dari 4.000 dosis vaksin LSD yang sudah tersuntikan 3.047 dosis. Senin ini kemungkinan selesai karena banyak yang belum setor data ke kantor. Vaksinasinya sudah selesai tetapi datanya belum dikumpulkan,” jelasnya.

Persoalan LSD ini sempat dibedah Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati saat pengarahan di DKP3 Sragen pekan lalu. Bupati meminta ada layanan call center agar masyarakat mudah melaporkan ketika ada kasus LSD.

Yuni, sapaan akrabnya, juga meminta ada update data kasus dan vaksinasi seperti update data saat penanganan Covid-19. Dia mengatakan setelah vaksinasi mestinya data langsung dientri ke sistem sehingga sekali bekerja.

Ternyata kendala di lapangan yang dihadapi DKP3 Sragen, petugas di lapangan tidak bisa entri data sehingga entri data harus dilakukan orang di DKP3 Sragen.

Yuni mengatakan DKP3 harus membuat standar operasional prosedur (SOP) yang jelas dalam vaksinasi, yakni saat vaksin disuntikan maka pada hari itu juga dilaporkan. Dia mengatakan kendala di lapangan itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan ponsel.

“Intinya vaksin yang sudah dibagikan ke kecamatan itu harus habis dalam sepekan. Kenapa penularan LSD ini cepat karena vaksinasi yang dilakukan tidak cepat. Vaksinasi itu bisa meminimalisasi penyebaran virus baik LSD atau penyakit mulut dan kuku (PMK),” jelasnya.

Yuni mengatakan kebutuhan obat untuk LSD itu meliputi obat antiparasit, antibiotik, antihistamin, dan vitamin. Satu kali penyuntikan itu, kata dia, butuh biaya Rp500.000 untuk pengobatan 4-5 kali.

Yuni juga menyoroti tentang sosialisasi dan edukasi ke masyarakat harus dilakukan secara masif.

“Sosialisasi per kecamatan diperlukan khusus mengenai LSD. Bikin action plan-nya sebelum merebak. Ini harus jalan di setiap kecamatan. Semua orang di DKP3 harus tahu tentang LSD ini,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya