SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Bisnis.com)

Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Solo mencapai 5,5%.

Solopos.com, SOLO—Pertumbuhan ekonomi Solo diprediksi berada di kisaran 5,3%-5,7% hingga akhir tahun. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, serta informasi dan komunikasi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Bandoe Widiarto, mengungkapkan perekonomian di Solo tidak banyak mengalami perubahan pada tahun ini. Meski begitu, sejak triwulan (TW) I tahun ini, range perhitungan pertumbuhan ekonomi terus meningkat, yakni dari 5%-5,4% menjadi 5,5%-5,9% pada TW III.
Kinerja pertumbuhan ekonomi di Soloraya juga diprediksi terus membaik dari 5%-5,4% pada TW I menjadi 5,6%-6% pada TW III.

Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan kinerja perdagangan dan pertanian. Industri pengolahan mengalami koreksi tapi tetap menjadi penyumbang tertinggi, yakni 29,35%.
“Hasil survei kegiatan dunia usaha [SKDU] menunjukkan adanya peningkatan kegiatan usaha pada TW II dengan saldo bersih tertimbang [SBT] lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Peningkatan SBT terjadi di tiga sektor utama, yakni pertanian, industri pengolahan, dan PHR [perdagangan, hotel, da restoran],” ungkap Bandoe.

Hasil survei konsumen menunjukkan adanya optimisme masyarakat tinggi terhadap kondisi perekonomian yang ditunjukkan melalui indeks keyakinan konsumen yang mencapai lebih dari 120 poin. Proyeksi pertumbuhan ekonomi paling tinggi terjadi di Boyolali dan Karanganyar, yakni 6,1%-6,5%. Tingginya pertumbuhan ini karena sektor industri di dua kabupaten tersebut cukup pesat.
Pertumbuhan ekonomi di enam kabupaten yang ada di Soloraya ini semuanya ditunjang oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian dengan sumbangan yang berbeda-beda. Capaian pertumbuhan ekonomi ini melebihi nasional yang hanya 5,18% hingga TW II dari target 5,3%.

Sementara itu, inflasi di Soloraya tercatat rendah, rata-rata berada di bawah 3% year on year (yoy), hanya Wonogiri yang inflasinya masih tinggi, yakni 3,32%. Kondisi ini dinilai baik karena inflasi masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi sehingga daya beli masyarakat tidak tergerus.

Bandoe mengungkapkan BI terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan inflasi melalui pengembangan klaster komoditas pangan. Hal ini mengingat komoditas pangan memiliki sumbangan yang besar terhadap inflasi di Soloraya, diantaranya daging ayam ras, bawang merah, bawang putih, dan cabai.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya