Soloraya
Kamis, 6 September 2012 - 17:50 WIB

8 Sungai di Karanganyar Mengering

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

KARANGANYAR—Delapan dari 12 sungai utama di Karanganyar mulai mengering. Hanya empat sungai yang masih memiliki debit air cukup pada musim kemarau ini. Kepala Bidang Pengairan dan ESDM Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karanganyar, Sanitiyoso, saat ditemui Solopos.com, Kamis (6/9/2012), menyatakan empat sungai yang masih mengalirkan air adalah Sungai Kumpul, Sungai Jlamprang, Sungai Samin dan Sungai Kenatan. Keempat sungai tersebut berhulu di Gunung Lawu.

Advertisement

Sungai Kumpul mengalir dari Karangpandan menuju wilayah Karanganyar. Sungai Jlamprang dan Kenatan mengalirkan air dari Jenawi ke arah Sragen. Sungai Samin membentang dari Tawangmangu, Matesih menuju Karanganyar hingga Kabupaten Sukoharjo. “Keempat sungai tersebut masih dapat mengalirkan air meskipun debitnya berkurang. Kami tidak memiliki data debit airnya. Dari keempatnya, Sungai Saminlah yang terlihat paling banyak debit airnya,” jelas Sanitiyoso.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, Kamis, sebagian besar sungai di Karanganyar memang mengering, terlebih bagian anakan sungai. Namun, selain keempat sungai aktif tersebut masih ada sungai-sungai yang memiliki tandon air di lubuk-lubuknya, seperti Gembong di Jumantono dan Sungai Siwaluh di Matesih.

Seperti yang diungkapkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Jumantono, Waluyo, kepada Solopos.com Rabu (6/9/2012), aliran air Sungai Gembong sudah mati, tinggal menyisakan air di lubuk-lubuknya.

Advertisement

Sanitiyoso menandaskan bahwa sumber mata air sungai sebenarnya tidak mati, tapi volumenya berkurang. Wilayah hulu seperti Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan dan Jenawi dipastikan masih melimpah air. Debit air di hulu sungai dengan pemanfaatan air sungai tidak sebanding. Penggunaan air yang berlebihan untuk lahan pertanian dan ketidakpedulian petani pada pola tanam menyebabkan area bagian bawah tidak kebagian air. Musim tanam ketiga yang seharusnya digunakan untuk jenis tanaman palawija justru tetap digunakan untuk menanam padi.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif