SOLOPOS.COM - Kesenian tradisional kethek ogleng tengah tampil pada peresmian saluran air bersih di Gendayakan, Wonogiri, April 2022. (Istimewa/Prokopim Setda Wonogiri)

Solopos.com, WONOGIRI — Banyak kesenian tradisional yang masih lestari hingga saat ini di Wonogiri, Jawa Tengah.

Sedikitnya ada sekitar 900 kelompok kesenian yang terdata Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kelompok kesenian itu di antaranya kelompok reog, kethek ogleng, dan kethoprak.

Kehadiran berbagai jenis kesenian beserta kelompoknya di Wonogiri itu tidak dalam waktu instan.

Ada proses panjang yang menyertai perjalanan berbagai jenis kesenian hingga sampai di Wonogiri dan mewarnai proses kebudayaan masyarakat Kota Sukses ini.

Baca Juga: Pemprov Bangun Wisata Jateng Valley di Ungaran, Wonogiri jadi Lahan Pengganti

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wonogiri (Disdikbud) Wonogiri, Eko Sunarsono, saat berbincang dengan Solopos.com di kantornya, Rabu (28/12/2022), mengatakan banyak berbagai kesenian tradisional yang masih eksis di wilayah-wilayah di Wonogiri, terutama di desa-desa.

Berbagai kesenian itu dihidupkan kelompok-kelompok yang memang mencintai seni tradisi.

Keberadaan kelompok kesenian yang mencapai kurang lebih 900 kelompok itu menandakan Wonogiri masih menjadi wadah kesenian.

Baca Juga: Tol Lingkar Luar Solo Disebut Tak Bisa Atasi Macet dalam Kota, Hanya Mengurangi

Sebagai wilayah pinggiran yang relatif jauh dari pusat kebudayaan seperti Solo dan Yogya tetapi Wonogiri memiliki banyak bentuk dan kelompok kesenian, itu menjadi hal luar biasa bagi Wonogiri.

Hal itu bisa dimaknai bahwa keadaan sosial di Wonogiri cukup tenang, jauh dari konflik sejak dulu.

Sebab sangat sulit suatu kesenian tradisional bisa berkembang tanpa ada ketenangan, baik dari pelaku seni maupun masyarakat.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Wonogiri Hari Rabu Ini: Hujan Lebat Siang

“Itu sebuah konsekuensi logis. Ketika suatu masyarakat hidup damai, rukun, dan mempunyai hati tenang, maka lahirlah kesenian. Kesenian tradisional itu ketenangan hati, olah rasa. Dan itu gak mungkin muncul jika tidak ada keharmonisan dalam masyarakat,” kata Eko.

Kendati begitu, tidak berarti kesenian tradisional yang ada di Wonogiri seperti kethek ogleng, badutan, dan srandul lahir dan muncul kali pertama di Wonogiri.

Tidak bisa suatu kesenian diklaim lahir atau asli dari daerah tertentu.

Baca Juga: Anggaran Cupet, Persiwi Wonogiri Undur Diri dari Liga 3 Jateng 2022

Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan yang bersifat dinamis. Hal itu berlaku pula pada berbagai kesenian yang ada di Wonogiri.

Semua kesenian tradisional di Wonogiri saat ini sudah mengalami perjalanan panjang sehingga sangat mungkin telah terjadi transformasi atau perkembangan baik bentuk, konsep, maupun narasi.

Dia mencontohkan, tari kethek ogleng yang kerap tampil di berbagai gelaran dan sering dikenal kesenian asli Wonogiri, ternyata banyak juga ditemukan di daerah lain.

Baca Juga: Pinus Sewu Wonogiri, Destinasi Wisata Alam yang Belum Terjamah Banyak Orang

Misalnya Gunung Kidul atau Pacitan. Bahkan banyak yang salah paham karena menganggap kethek ogleng adalah Anoman. Padahal hal itu sangat berbeda.

Kesenian kethek ogleng alih wahana dari sebagian cerita lokal Raden Gunungsari, bukan Ramayana.



“Adapun dalam perkembangannya mirip anoman, ta seperti itulah kebudayaan, bersifat dinamis. Dulu sebenarnya, kostum kethek ogleng tidak seperti sekarang ini. Dulu lebih sederhana,” ulas dia.

Baca Juga: Gultik, Kuliner Menggelitik Sukoharjo yang Populer di Jakarta

Kesenian badutan di Wonogiri juga demikian. Badutan merupakan kesenian sempalan dari sebuah pertunjukan yang panjang dan lebih komplet, tayub.

Di kesenian tayub, badutan berperan seperti moderator. Tetapi peran itu kemudian berdiri, jadilah badutan.

“Tidak penting sebuah kesenian itu asli dari daerah mana. Yang terpenting adalah bagaimana agar kesenian yang baik itu tetap lestari dan bermanfaat pada kehidupan masyarakat. Itu lebih substansial,” ujar Eko.

Baca Juga: MPP Nyawiji Wonogiri Diresmikan, Urus Pelayanan Publik Bisa Rampung 5 Menit

Menurut Eko, sulit sekali melacak sebuah kesenian lahir atau asli dari daerah mana. Sebab kesenian adalah bagian dari budaya.

Sedangkan budaya merupakan kumpulan dari berbagai cipta dan karsa manusia yang tidak terbatas geografis.

“Bahkan sampai saat ini pun, masih banyak kesenian-kesenian yang berkembang, beralih rupa dan bentuk di Wonogiri,” imbuh Eko.

Baca Juga: Persaudaraan Antarumat di Rumah Toleransi Banyuwangi

Salah satu kesenian tradisional namun dikemas dengan pertunjukan yang baru adalah Bedigas Laras, di Jatisrono, Wonogiri.

Pegiat seni Bedigas Laras, Catur, mengakui jika kesenian bedigas laras ini merupakan kesenian kreasi baru yang menggabungkan beberapa kesenian tradisional seperti reog, bantengan, dan jaran kepang.

“Secara sajian pertunjukan, gabungan dari berbagai kesenian. Begitu juga dengan musik pengiringnya yang juga mengompilasi dari bantengan, reog, dan lainnya,” kata Catur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya