SOLOPOS.COM - Penumpang BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri dari Solo turun di Terminal Tipe C Wonogiri, Minggu (13/8/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Kehadiran Bus Rapid Transit atau BRT Trans Jateng Koridor VII Solo-Wonogiri dinilai berpotensi meningkatkan peluang kunjungan orang luar daerah ke Wonogiri untuk wisata.

Terkait itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri diharapkan bergerak cepat menangkap peluang tersebut dengan menyediakan angkutan umum terintegrasi sehingga bisa meningkatkan sektor pariwisata.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Koordinator Konsorsium Operator BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri, Edi Purwanto, mengatakan tujuan utama layanan BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri sebenarnya untuk menekan biaya pengeluaran transportasi. Terutama untuk buruh, pedagang, atau pekerja lain yang melaju antarwilayah Solo, Sukoharjo, dan Wonogiri.

Tetapi tidak menutup kemungkinan layanan BRT Trans Jateng ini meningkatkan kunjungan wisata baik di Wonogiri, Sukoharjo, maupun Solo. Menurut dia, selama masa masa uji coba gratis mulai Selasa-Minggu (8-13/8/2023), tingkat keterisian penumpang BRT Trans Jateng selalu penuh.

Banyak dari mereka yang naik dari Solo ke Wonogiri begitu juga sebaliknya. “Tetapi kemarin itu kan masih dalam tahap awal, masih gratis. Jadi animo masyarakat yang tinggi untuk naik BRT, itu belum bisa jadi patokan kami. Kita lihat saja nanti, semoga penumpang tetap selalu penuh,” kata Edi kepada Solopos.com, Senin (14/8/2023).

Kendati demikian, lanjut dia, Pemkab Wonogiri perlu menangkap potensi ini agar para pengunjung dari luar Wonogiri betah di Wonogiri sekaligus bisa sering berkunjung ke Kota Sukses.

Pada masa uji coba tarif BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri gratis, pengunjung Wonogiri yang menggunakan moda transportasi ini mencapai ratusan orang. Para penumpang BRT Trans Jateng itu banyak yang sekadar ingin dolan atau berwisata di Wonogiri.

“Ini potensi. Yang kami harapkan, potensi ini bisa ditangkap Pemkab Wonogiri. Misalnya dengan penyediaan layanan transportasi yang langsung ke tempat-tempat wisata seperti Waduk Gajah Mungkur [WGM] atau yang lainnya,”ujar dia.

Belajar dari KA Batara Kresna

Kalau perlu, lanjut Edi, ada subsidi untuk angkutan-angkutan di Wonogiri sehingga tarif penumpang dari terminal ke tempat wisata bisa lebih murah. Kepala Stasiun Wonogiri, Sumeri Wignoto, juga mengungkapkan hal serupa.

Para penumpang Kereta Api Batara Kresna Solo-Wonogiri kebanyakan penumpang yang ingin berwisata di Wonogiri. Mereka bukan penumpang yang sehari-hari melaju Solo-Wonogiri dan sebaliknya.

Dengan jadwal keberangkatan dua kali sehari baik dari Solo maupun Wonogiri, tingkat keterisian penumpang atau load factor KA Batara Kresna mencapai 70%-80% pada hari kerja.

Sedangkan pada akhir pekan mencapai 100%. Kapasitas KA yang telah beroperasi sekitar 12 tahun itu sebanyak 117 orang.

“Mereka yang naik KA Batara Kresna dari Solo ke Wonogiri ini mayoritas karena ingin berwisata. Kalau saya tanya, mereka kalau ke sini paling main ke pasar atau ke waduk,” ujar dia.

Wignoto juga berharap Pemkab Wonogiri bisa memberikan layanan transportasi yang saling terintegrasi antarmoda. Mulai dari KA Batara Kresna, BRT Trans Jateng, sampai angkutan kota. “Orang yang naik KA, kalau sudah sampai sini itu kadang bingung. Mereka mau ke mana, naiknya apa,” ucapnya.

Dia menambahkan setiap bulan jumlah pengunjung Wonogiri yang menggunakan moda transportasi KA Batara Kresna rerata antara 3.500-an hingga 4.500-an penumpang. 

Salah satu penumpang BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri, Lilis, menyampaikan begitu tiba di Wonogiri, dia bersama rombongan kelompok senamnya hanya berkunjung ke Pasar Wonogiri.

Tanggapan Pemkab Wonogiri

Warga Pasar Kliwon, Solo, itu berkunjung ke Wonogiri  karena ingin mencoba layanan BRT Trans Jateng. Selain itu diniatkan untuk jalan-jalan naik BRT Trans Jateng dan berwisata di Wonogiri. 

“Tadi ke pasar tok. Belanja beberapa sayuran dan jajanan. Belum ke Waduk [WGM]. Pengin ke sana bareng-bareng tadi. Tapi belum sempat. Bingung juga kalau ke sana naik angkutan atau minibus. Mungkin lain kali bisa langsung ke sana,” kata Lilis.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Wonogiri, Heru Utomo, mengaku sudah melihat potensi peningkatan kunjungan wisatawan ke Wonogiri dari hadirnya layanan BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri.

Meski begitu Pemkab tidak ingin terburu-buru untuk mengambil kebijakan. “Kemarin kami sudah sampaikan ke Dinas Perhubungan. Apakah mungkin nanti menyediakan feeder untuk wisatawan menuju WGM dan tempat lainnya,” kata Heru. 

Kepala Dinas Perhubungan Wonogiri, Waluyo, mengatakan akan melakukan evaluasi berkala terlebih dulu sebelum mengambil kebijakan ihwal penyediaan layanan transportasi yang terintegrasi. Ia masih menunggu dan melihat apakah penumpang BRT Trans Jateng akan selalu ramai atau tidak. 

“Kami akan evaluasi dulu, mungkin per bulan. Kalau memang nanti animonya tinggi, kami koordinasikan dengan angkutan kota. Bakal kami optimalkan lagi trayek-trayek menuju tempat wisata di sekitar Kota Wonogiri,” jelas Waluyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya