Soloraya
Minggu, 3 April 2022 - 10:45 WIB

Ada Makam Keramat di Tengah Waduk Mulur Sukoharjo, Ini Kisahnya

R Bony Eko Wicaksono  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Makam Mbah Sayyidiman di Waduk Mulur, Bendosari, Sukoharjo. (capture video Youtube @Lintas Batas Dimensi)

Solopos.com, SUKOHARJO — Di tengah-tengah Waduk Mulur yang berlokasi di Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, terdapat makam keramat yang banyak didatangi oleh para peziarah. Makam itu adalah makam Mbah Sayyidiman atau Sayyid Iman yang menurut kisahnya merupakan pengikut Pangeran Diponegoro.

Berdasarkan catatan Solopos.com, di balik indahnya panorama alam Waduk Mulur Sukoharjo, terdapat cerita sejarah yang cukup menarik terkait keberadaan makam tersebut. Konon, nama Waduk Mulur berasal dari kata ulur yang dalam bahasa Jawa artinya berlanjut atau terus-menerus.

Advertisement

Cerita rakyat yang berkembang mengenai asal usul Waduk Mulur yang di tengahnya terdapat makam berkaitan erat dengan kisah peperangan Pangeran Diponegoro yang bergerilya melawan pasukan Kolonial Belanda.

Baca juga: Pemkab Sukoharjo Susun Ulang Masterplan Pengembangan Waduk Mulur

Advertisement

Baca juga: Pemkab Sukoharjo Susun Ulang Masterplan Pengembangan Waduk Mulur

Waktu itu, Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya ditipu dan dipaksa menyerah oleh pasukan Belanda. Pangeran Diponegoro terpaksa menyerah di tengah-tengah peperangan karena pengikutnya ditangkap. Namun, Pangeran Diponegoro mengajukan syarat seluruh pengikutnya dilepaskan. Belanda pun mengabulkan permintaan Pangeran Diponegoro dan melepaskan ratusan pengikutnya.

Kemudian, Pangeran Diponegoro menyerahkan pusaka berupa sebilah keris kepada salah satu pengikut setianya bernama Iman Mukmin. Oleh warga setempat, Iman Mukmin juga dikenal sebagai Kyai Sayyid Iman yang diberi tugas khusus menyerahkan pusaka itu kepada Putri Serang atau R.A. Serang untuk melanjutkan perang gerilya melawan Belanda.

Advertisement

Baca juga: Kisah Petani Ikan di Waduk Mulur Sukoharjo Berburu Ikan Predator Berharga Jutaan

Mereka menghimpun kekuatan dengan mengajak pengikut Pangeran Diponegoro lainnya bertempur melawan Belanda. Peperangan sengit pecah selama berbulan-bulan. Tak sedikit warga setempat yang bergabung saat melancarkan strategi perang gerilya di medan peperangan. Tapi lambat laun, jumlah pengikut Pangeran Diponegoro yang berperang melawan Belanda berkurang. Mereka gugur dalam medan peperangan.

Gugur di Medan Pertempuran

Kyai Sayyid Iman terdesak dan bersembunyi di rawa-rawa dari kejaran pasukan Belanda. Sang kyai kemudian bersembunyi di balik pepohonan besar di rawa. Dia diburu pasukan Belanda karena sebagian besar pengikut Pangeran Diponegoro telah gugur.

Advertisement

Akhirnya, pasukan Belanda menemukan Kyai Sayyid Iman di tengah-tengah rawa. Dia akhirnya gugur di medan pertempuran. Makam Kyai Sayyid Iman berada di daratan kecil di tengah-tengah rawa yang kini berubah menjadi Waduk Mulur Sukoharjo.

Baca juga: Eceng Gondok Merajalela, Populasi Ikan di Waduk Mulur Sukoharjo Kian Sedikit

Salah seorang warga sekitar Waduk Mulur, Mujiman, 57, mengatakan makam Kyai Sayyid Iman kerap dikunjungi masyarakat untuk berziarah.

Advertisement

Sementara itu, pembangunan Waduk Mulur yang berjarak sekitar 7 kilometer dari Sukoharjo kota terjadi masa pemerintahan kolonial Belanda pada 1926. Saat ini, warga memanfaatkan waduk untuk membudidayakan ikan nila dalam keramba apung. Tak sedikit pula masyarakat Sukoharjo dan sekitarnya berkunjung ke waduk seluas 141 hektare itu untuk menikmati panorama alam baik saat hari biasa maupun hari libur.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif