Soloraya
Minggu, 29 September 2019 - 21:15 WIB

Ada Nuansa Papua di Kirab Tumpeng Purwodiningratan Solo

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peserta Kirab Tumpeng Purwodiningratan 2019 melintasi Jl. Prof. W.Z Yohannes, Purwodiningratan, Jebres, Solo, Minggu (29/9/2019). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Kelurahan Purwodiningratan, Jebres, Solo, kembali mengadakan kirab budaya tumpeng 2019, Minggu (29/9/2019) sore.

Sebanyak 16 gunungan tumpeng menjadi simbol pengharapan masyarakat untuk kelurahan tersebut ke depannya. Kirab yang sudah diadakan 13 kali tersebut dimeriahkan berbagai potensi masyarakat dari masing-masing RW.

Advertisement

Salah satu yang menarik perhatian adalah pertunjukan kostum yang ditampilkan warga RW 008. Mereka kompak menggunakan kostum bertemakan Papua lengkap dengan atributnya.

Mereka ingin menunjukan Papua dan segala budaya di dalamnya adalah saudara dari semua masyarakat Indonesia. Hal unik lainnya, Lurah Purwodiningratan, bersama Kapolsek Jebres Solo dan pejabat lainnya ikut berpartisipasi dalam kirab dengan menunggang kuda.

Sementara itu, beberapa perempuan mengikuti dari belakang menaiki kereta kencana. Selain itu, sebanyak 16 gunungan tumpeng hasil karya beberapa RW di Purwodiningratan juga ikut diarak dalam kirab.

Advertisement

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap tumpeng memiliki makna yang merupakan pengharapan masyarakat. Ketua panitia Kirab Purwodiningrat, Yohanes Yunanto, mengatakan hal yang masih konsisten ditampilkan dalam kirab tersebut adalah ciri khas tumpeng.

Setiap tumpengnya memiliki makna dan nama sendiri. Tumpeng tersebut dibuat warga di setiap RW dan setelah kirab dibagikan kepada warga sekitar.

“Setiap tumpeng ada namanya. Contohnya tumpeng pangruwat itu nasi tumpang dilingkari pisang raja. Itu bermakna harus selalu ingat berbakti kepada Tuhan. Agar kehidupan nanti terhindar dari malapetaka. Istilahnya jangan sampai lupa kepada Yang Maha Pencipta,” kata dia kepada Solopos.com.

Advertisement

Lurah Purwodiningratan, Gentil Fernandes D.C., mengharapkan masing-masing RW punya ikon seni dan budaya sehingga bisa menaikkan derajat masyarakat melalui potensi tersebut.

“Semoga semangat ini tidak hilang dan malah terus berkembang sehingga potensi yang digali bisa menjadi ciri khas masing-masing RW,” ucap dia.

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif