SOLOPOS.COM - Deretan pedagang usaha makanan dan minuman jadi di Alun-Alun Giri Krida Bakti Wonogiri, Sabtu (22/7/2023). Sektor pedagang makanan dan minuman jadi menjadi urutan pertama usaha yang paling banyak digeluti di Wonogiri. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Persebaran dan daya saing investasi di Wonogiri belum merata. Sebanyak 94.43% nilai investasi di Wonogiri hanya disumbang dari lima kecamatan, meliputi Wonogiri, Ngadirojo, Girimarto, Selogiri, dan Pracimantoro pada 2022.

Hal itu membuat lima wilayah tersebut menduduki wilayah dengan daya saing usaha paling tinggi di Wonogiri. Data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Wonogiri mencatat nilai investasi pada 2022 senilai Rp1,997 triliun.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Nilai investasi itu berasal dari 25.503 usaha dengan serapan tenaga kerja sebanyak 71.195 orang. Kasi Data DPMPTSP Wonogiri, Sriyanto, mengatakan 94,43% atau Rp1,886 triliun dari total investasi pada 2022  itu berasal dari lima kecamatan itu saja.

Tingginya nilai investasi pada wilayah itu berdampak pula pada banyaknya jumlah usaha dan serapan tenaga kerja. Tetapi daya saing usaha di wilayah Wonogiri itu juga tinggi. 

Dia menerangkan sebanyak 99,02% jumlah usaha itu ditopang usaha mikro dan kecil. Di sisi lain, usaha mikro kecil itu banyak yang bergerak di sektor perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan dan minuman jadi.

Dia mencontohkan di Kecamatan Wonogiri sebagai wilayah dengan nilai investasi tertinggi, yaitu senilai Rp1,151 triliun, terdapat sebanyak 3.007 usaha. Hal itu jauh berbeda dengan kecamatan lain misalnya Manyaran, yang juga masuk wilayah kawasan industri.

Dengan nilai investasi Rp21,5 miliar, jumlah usaha di Manyaran itu hanya 855 usaha. “Dari data investasi 2022, kami sudah bisa memetakan kecamatan mana yang memiliki daya saing investasi tinggi di Wonogiri,” kata Sriyanto kepada Solopos.com, Minggu (23/7/2023).

Tiga Elemen Daya Saing Usaha

Sri menjelaskan ada tiga elemen dalam menentukan tingkat daya saing usaha, yaitu nilai investasi, jumlah usaha, dan penyerapan tenaga kerja. Dengan tiga kombinasi elemen itu bisa dilihat suatu wilayah memiliki daya saing usaha tinggi, sedang, atau rendah.

Lima kecamatan dengan skor teratas pada masing-masing elemen disebut tinggi. Kemudian kecamatan dengan skor peringkat ke-6 hingga ke-16 disebut sedang. Sedangkan kecamatan dengan skor yang berada di peringkat ke-17 hingga ke-25 disebut rendah.

Dia menyebutkan berdasarkan data investasi 2022 itu, lima kecamatan dengan daya saing usaha tinggi, yaitu Wonogiri, Ngadirojo , Girimarto, Selogiri, dan Pracimantoro.

Menurut Sriyanto, ada beberapa faktor penyebab wilayah itu bisa menjadi kecamatan teratas dengan daya saing usaha tinggi, salah satunya pusat kota atau dekat dengan pusat kota, populasi penduduk banyak, dan kawasan industri.

Sriyanto juga membeberkan sejak pendataan investasi dimulai pertengahan Agustus 2021 hingga pertengahan Juli 2023, ada lima sektor usaha yang paling banyak dijalankan pelaku usaha di Wonogiri.

Lima sektor itu meliputi perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan dan minuman jadi, pertanian padi, pembibitan dan budidaya sapi potong, rumah atau warung makan, dan pembibitan dan budidaya kambing potong.

“Kalau melihat data itu, usaha peternakan di Wonogiri itu cukup banyak tumbuh dan berkembang di Wonogiri. Ini bisa dikatakan sebenarnya orang Wonogiri itu ulet,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya