SOLOPOS.COM - Epigraf Rendra Agusta mengamati aksara yang terpahat di prasasti kuno di Desa Sukorejo, Puhpelem, Wonogiri, Jumat (14/7/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Prasasti kuno yang diduga peninggalan era Kerajaan Kediri pada abad ke-11 atau 12 Masehi ditemukan di Desa Sukorejo, Kecamatan Puhpelem, Wonogiri.

Prasasti yang berada di bawah pohon beringin di tengah tegalan tanah kas desa itu terus dijaga dan dirawat oleh warga setempat, bahkan disakralkan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Warga sekitar yang ditanya Solopos.com tidak ada mengetahui persis sejak kapan prasasti itu ada di situ. Kini prasasti itu masih dalam tahap pembacaan oleh arkeolog untuk mengetahui isi tulisannya.

Pada Jumat (14/7/2023), arkeolog Goenawan A Sambodo melakukan pembacaan prasasti di Dusun Manggis, Desa Sukorejo. Prasasti itu setinggi 103 cm dan berada di dalam bangunan semacam gubuk permanen yang dibangun warga setempat.

Sayangnya, tulisan atau aksara yang terpahat pada batu prasasti di Puhpelem, Wonogiri, itu sudah tidak begitu jelas terlihat karena mengalami aus. Pori-pori di batu prasasti itu juga besar-besar sehingga cukup sulit dilakukan pembacaan secara langsung. Bahkan ada bagian prasasti yang rusak.

Mbah Gun, sapaan akrabnya, kemudian melakukan perekaman fotografi terhadap prasasti itu untuk diolah dengan metode fotogrametri. Diharapkan dengan metode itu aksara yang tertulis di prasasti itu dapat dibaca dan diketahui isinya.

Kepada Solopos.com, Mbah Gun mengungkapkan prasasti itu diperkirakan dibuat pada abad ke-11 atau ke-12 Masehi, masa Kerajaan Kediri. Hal itu diketahui dari angka tahun yang tertulis dalam prasasti yang menunjukkan angka 53.

Pembacaan Pakai Teknik Fotogrametri

Angka tersebut merupakan dua angka tersisa dari empat angka yang seharusnya terpahat. Dua angka itu adalah angka terakhir. Dua angka pertama tidak bisa terbaca secara kasatmata karena sudah rusak.

“Dua angka di depan [yang belum terbaca], harusnya kalau tidak 10 atau 11. Kalau digabung berarti 1053 atau 1153, abad ke-11 atau 12 Masehi, masa Kediri,” kata Mbah Gun.

prasasti kuno puhpelem wonogiri
Arkeolog Goenawan A Sambodo (memegang kamera) dan tim memotret prasasti kuno di Desa Sukorejo, Puhpelem,Wonogiri, Jumat (14/7/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Menurut dia, untuk memastikan umur prasasti di Puhpelem, Wonogiri, itu, perlu diketahui secara utuh isi prasasti tersebut. Dengan bekal hasil perekaman prasasti dengan teknik fotogrametri ia bakal melakukan pembacaan dengan saksama.

Dengan begitu, diharapkan isi dari prasasti yang berada di lereng selatan Gunung Lawu itu bisa diketahui khalayak, khususnya warga setempat.

Epigraf Rendra Agusta yang juga  turut melakukan pengamatan pada prasasti itu mengatakan berdasarkan paleografi atau bentuk tulisan yang dipakai, prasasti itu sangat mungkin dibuat pada abad 11 atau 12 Masehi.

Menurut dia, peradaban pada masa itu sudah cukup kompleks dengan adanya perpindahan kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Jika benar prasasti itu lahir pada abad ke 11 Masehi, Rendra berani menyimpulkan raja yang memerintah di Kerajaan Kediri pada masa itu ialah Bameswara, raja sebelum Jayabaya.

Status Desa Sukorejo di Era Kerajaan Kediri

Namun, sebelum mengetahui betul isi prasasti di Puhpelem, Wonogiri, itu, ia belum bisa memastikan apa dan bagaimana posisi Desa Sukorejo pada masa itu. “Apakah sebagai pertapaan, padharman [tempat pemujaan], tanah perdikan, atau yang lain,” jelas Rendra kepada Solopos.com, Minggu (16/7/2023).

Kalau sebagai padharman, lanjut Rendra, biasanya ada candinya di desa tersebut. Sedangkan di Puhpelem sampai saat ini belum ada temuan candi. “Tetapi yang jelas dengan adanya prasasti itu, sudah ada peradaban di desa itu. Bisa dikatakan Desa Sukorejo itu salah satu desa tua,” jelasnya.

Lebih lanjut, Rendra mengatakan pada masa itu, kepercayaan yang dianut masyarakat adalah Hindu Siwa. Kepercayaan itu menganggap gunung sebagai orientasi pemujaan sehingga disakralkan. Maka tidak heran ada temuan prasasti atau candi di sekitar gunung, salah satunya prasasti di Desa Sukorejo itu.

”Ini yang masih misterius, sebelum kita tahu betul isi prasastinya,” ucapnya. Kasi Pelayanan Desa Sukorejo, Lampito, mengatakan warga menyakralkan prasasti itu sampai sekarang.

Kadang masih ada warga yang datang ke tempat itu pada malam-malam tertentu. Warga dan pemerintah desa berencana bakal merenovasi gubuk yang menaungi prasasti itu dalam waktu dekat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya