SOLOPOS.COM - Para petani bergotong royong menguruk jalan usaha tani di wilayah Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Sragen, baru-baru ini. (Istimewa/Sumadi)

Solopos.com, SRAGEN — Para petani di wilayah Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Sragen, gembira lantaran tak ada lagi hama tikus dan hasil panennya melimpah.

Hilangnya hama tikus itu disebabkan perkembangan burung hantu sudah beranak pinak. Bahkan, Pemerintah Desa (Pemdes) Celep berencana menambah rumah burung hantu (rubuha) untuk anakan burung hantu yang sudah dewasa.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sekretaris Desa Celep, Kedawung, Sragen, Sumadi, kepada Solopos.com, Selasa (4/7/2023), mengungkapkan tahun ini Pemdes Celep akan melakukan pengadaan rubuha lagi dengan menggunakan anggaran APBDesa Perubahan 2023.

Dia mengatakan burung hantu anakan sudah bisa menempati saat rubuha sudah dibuat. Hal itu sebabkan setiap April dan Mei burung hantu beranak pinak.

“Sekarang ada 39 rubuha di Celep. Satu rubuha itu hanya ditempati seekor burung hantu. Yang kelihatan sudah 39 ekor. Untuk peranakan burung hantu harus mencari rubuha sendiri. Kemungkinan sekarang sudah 100-an ekor karena ada yang menempati rumah-rumah di desa dan pohon-pohon yang rindang,” jelasnya.

Dia menjelaskan biasanya yang digemari burung hantu itu pohon nangka, pohon mangga, atau pohon-pohon dengan daun yang rindang. Dia menerangkan kalau ingin mengetahui burung hantu itu pada bulan April-Mei, sekitar pukul 01.00 WIB atau 02.00 WIB, anakan burung hantu terdengar riuh suaranya menanti indukan membawa makanan.

“Saya meneliti sampai sekarang seperti itu. Induk biasanya pulang pukul 04.00 WIB,” ujarnya.

Dia menjelaskan burung hantu mencari makan mulai habis Magrib, sekitar pukul 18.30 WIB. Guna memastikan rubuha ditempati atau tidak, tinggal dilihat rubuhanya ada kotoran putih atau tidak. Kalau ada kotorannya, jelas rubuha ditempati.

Saat memasang rubuha tidak sembarangan karena ada teknisnya, salah satunya jangan memasang rubuha menghadap ke timur atau barat karena bisa langsung terkena sinar matahari dan tidak dekat dengan keramaian.

“Dengan adanya banyak burung hantu maka populasi tikus berkurang sangat banyak. Sekarang menabur biji padi tidak perlu pakai pagar plastik lagi karena sudah aman. Di jalan-jalan juga sudah tidak ada bangkai tikus mati yang terlindas kendaraan. Produksi padinya pun bagus,” jelas Sumadi.

Dia mengatakan panen sawah sekarang ada yang laku Rp13 juta per patok. Dia mengungkapkan luas lahan pertanian padi di Celep mencapai 250 hektare.

Dia menjelaskan waktu ada tikus panen hanya mendapat kurang dari 50% dan petani banyak yang merugi. Dia menyampaikan harga sawah mangsan juga ikut jatuh, termasuk bengkok perangkat desa tidak laku dilelang.

Dia mengatakan sudah dua pekan ini bengkok perangkat desa digarap sendiri.

“Sekarang berubah karena tidak ada hama tikus. Petani bisa panen raya dengan hasil baik, tikus mereda dengan rida Allah SWT lewat usaha burung hantu. Nanti ada penambahan rubuha dengan menggunakan sisa lebih pelaksanaan anggaran dana desa (DD) semester I,” jelasnya.

Dia menjelaskan setelah memasang rubuha baru, maka petani harus menambah bambu empat meter berbentuk huruf T sebagai tempat bertenggernya burung hantu pada malam hari untuk memantau pergerakan tikus.

Dia mengatakan biasanya tikus yang dimakan burung hantu menyisakan ekor dan kepalanya.

“Kalau petani semua pasang maka semua mendapat manfaatnya karena burung hantu mencari makan tidak hanya di sekitarnya tetapi bisa berpuluh-puluh kilometer akan kembali ke kandangnya. Kalau sekitar tidak ada makanan pasti mencari ke yang lokasi lain,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya