SOLOPOS.COM - Poster sebaran apam keong emas di Banyudono, Boyolali. (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALI — Atraksi budaya sebaran apam kukus keong emas segera digelar di Banyudono, Boyolali, pada Jumat (15/9/2023) siang.

Hal tersebut terlihat dari unggahan akun media sosial Instagram milik Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali pada Sabtu (2/9/2023).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Satu lagi acara tradisi akan kembali hadir. Sebaran Apem Kukus Keong Emas. Catat waktu pelaksanaannya ya, jangan sampai terlewat keseruan acaranya,” tulis dalam takarir unggahan tersebut.

Dalam foto unggahan, dijelaskan tradisi sebaran apam kukus keong emas akan dilaksanakan di Masjid Cipto Mulyo Pengging pada pukul 13.00 WIB. Akan ada pula kirab gunungan apam dimulai dari kantor Kecamatan Banyudono. Apam juga akan disebar kepada masyarakat yang hadir.

Dilansir oleh boyolali.go.id, tradisi sebaran apam kukus keong mas digelar setiap Safar dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali pada saat itu, Budi Prasetyaningsih, menyatakan penetapan tersebut berdasarkan hasil sidang Kemendikbud di Jakarta yang digelar secara daring pada Kamis (8/10/2020).

Penetapan tersebut, tutur dia, berdasarkan pada beberapa syarat yang harus dimiliki. Di antaranya, yakni tradisi tersebut dilakukan setiap tahun, merupakan ciri khas daerah tersebut, serta bermanfaat bagi masyarakat.

“Akhirnya setiap tahun ritual itu dilestarikan. Agar masyarakat menjadi makmur, pertanian menjadi sukses, menjadi lancar, menjadi baik, dan masyarakat menjadi sejahtera,” ujarnya.

Sementara itu, dilansir oleh warisabudaya.kemdikbud.go.id, tradisi Sebaran Apam Kukus Keong Mas adalah salah satu acara selamatan yang dilaksanakan di kompleks Masjid Cipto Mulyo Pengging.

Tradisi sebaran apam kukus keong mas ini telah ada sejak masa Raden Ngabei Yosodipuro yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di wilayah Pengging.

Disebutkan, tradisi ini berawal dari keluhan masyarakat tentang gangguan keong mas yang banyak mengganggu tanaman padi sehingga sering mengalami gagal panen.

Raden Ngabei Yosodipuro memerintahkan para petani untuk mengambil keong mas untuk dimasak dengan cara dikukus. Namun sebelum dikukus keong tersebut dibalut dengan janur [dibentuk seperti kerucut/kukusan],” tertulis dalam laman yang sama.

Pada saat menjelang panen, janur bekas balutan keong tadi digunakan untuk membuat apam kukus. Selanjutnya, apam kukus dibagikan dengan cara disebar kepada masyarakat sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diperoleh.

Selain itu, apam yang terbungkus dari janur memiliki makna permohonan ampun untuk mengharapkan cahaya atau nur yang diibaratkan sebagai bantuan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Tradisi setiap Safar ini adalah tradisi berebut makanan dengan perwujudan menerima pembagian kue apam terbungkus janur yang telah didukung dengan mantra dan doa-doa dari para kiai yang ada di Makam Astana Yosodipuro.

Dilakukan malam Jumat Pahing pada pertengahan Safar dan apam dibagikan pada Jumat siang setelah salat Jumat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya