SOLOPOS.COM - Suasana kawasan sekitar bekas masjid Mbah Bolu di Dukuh Dalangan, Desa Kalitengah, Kecamatan Wedi dipenuhi warga yang menggelar tradisi sadranan pada 2017 lalu. Usai sadranan, warga menggelar tradisi menyebar uang sebagai ungkapan syukur dan berbagi diberi nama tradisi udik-udik. (Istimewa/Dokumentasi Warga Dalangan)

Solopos.com, KLATEN — Bekas bangunan kuno yang diyakini pernah berdiri masjid yang dikenal dengan nama Masjid Mbah Bolu berdiri di tengah perkampungan Dukuh Dalangan, Desa Kalitengah, Kecamatan Wedi. Meski tak digunakan untuk tempat beribadah, bangunan itu dianggap sebagai tempat sakral oleh warga setempat.

Saat sadranan, bangunan itu menjadi pusat kegiatan warga. Ada tradisi udik-udik, menyebar uang koin dari atas bangunan bekas masjid tersebut. Tradisi itu biasa dilakukan hari Jumat terakhir, Bulan Ruwah.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sebelum tradisi dimulai, warga biasa menggelar doa bersama di bangunan tersebut bakda Asar. Setelah tradisi sadranan rampung, udik-udik dimulai. Kawasan itu sudah dipenuhi warga yang menantikan tradisi sebaran uang. Sebaran uang digelar hingga waktu menjelang Magrib.

Baca Juga: Penuh Misteri! Masjid Mbah Bolu alias Masjib Bubrah di Wedi Klaten

Salah satu warga Dukuh Dalangan, Imam Murtanto, 60, menceritakan tradisi itu dilestarikan secara turun temurun.Tak ada paksaan bagi warga untuk melakukan kegiatan tersebut.

Mereka menebarkan sendiri uang mereka dari bekas bangunan masjid kepada orang-orang yang berkerumun di sekitar bangunan itu. Cara itu dilakukan sebagai bentuk syukur sekaligus melestarikan tradisi di kampung halaman.

“Kebanyakan dilakukan para perantau yang sudah sukses di perantauan kemudian mudik saat sadranan,” kata Tanto saat ditemui di Dalangan, Jumat (15/4/2022).

Baca Juga: Ada Jejak Wali Songo Sunan Kalijaga di Masjid Kajoran Klaten

Tak hanya warga Dukuh Dalangan yang melakukan aksi berbagi melalui tradisi tersebut. Tak sedikit warga luar kampung yang ikut bersedekah lewat udik-udik.

Tanto yang juga menjadi koordinator tradisi itu pun memperkirakan setiap tradisi uang yang disebar mencapai jutaan rupiah. Bahkan, uang yang disebar disebut-sebut bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Saat tradisi digelar, warga dari anak-anak hingga orang dewasa berkumpul di kawasan itu dan memenuhi halaman rumah warga. Panitia mengatur tempat untuk berebut uang bagi anak-anak serta orang dewasa agar tak ada dominasi yang memperoleh uang. Hingga kini, tradisi itu tak sampai membuat orang yang ikut tradisi terluka.

Baca Juga: Mimbar Masjid Sunan Kalijaga di Kalikotes Ini Pernah Ditawar Rp1 Miliar

Warga lainnya, Sabari, 76, menjelaskan hal senada. Dia menyampaikan tak hanya satu orang yang menyebar uang pada tradisi tersebut.

“Sangat banyak yang ikut. Kalau menurut saya kira-kira uang yang disebar total ada Rp4 juta,” kata dia.

Menyembuhkan

Ihwal keunikan lainnya, Sabari menjelaskan ada kepercayaan tanah di bekas bangunan masjid itu bisa menyembuhkan.

Baca Juga: Masjid Joglo dengan Nuansa Njawani dan Tanpa Tembok di Karanganom Klaten, Ternyata Ini Filosofinya

“Ada kepercayaan kalau orang sakit seperti mata memerah diambilkan tanah dari sini saat Jumat bisa sembuh,” kata dia.

Sabari memiliki pengalaman terkait kepercayaan itu. Pernah ada seorang perempuan asal Jogja yang sakit mata datang ke tempat tersebut. Perempuan itu lantas mencoba mengambil tanah dari bekas masjid pada Jumat dan pada lain harinya datang lagi dengan kondisi mata sudah sembuh.

“Perempuan itu sakit mata berobat ke rumah sakit manapun tidak sembuh. Kemudian ada yang bilang diambilkan tanah dari sini bisa sembuh. Beberapa waktu kemudian datang ke rumah saya membawa oleh-oleh bermacam-macam karena sudah sembuh,” kata dia.

Baca Juga: Kisah Masjid Kajoran Klaten Dibuat Pangeran Kerajaan Pajang

Bangunan berupa struktur batu bata serta ada struktur bangunan candi di tengah perkampungan Dukuh Dalangan diyakini sebagai bekas masjid Mbah Bolu atau ada yang menyebut dengan masjid bubrah.

Bangunan masjid itu diperkirakan berdiri di bekas bangunan candi yang pernah ada di tempat tersebut pada era Mataram Kuno. Bekas bangunan masjid kuno itu diperkirakan berdiri pada abad ke-17 pada masa Kerajaan Mataram Islam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya